kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemampuan membayar debitur turun, NPL bank kecil cenderung naik


Minggu, 12 Agustus 2018 / 13:42 WIB
Kemampuan membayar debitur turun, NPL bank kecil cenderung naik
ILUSTRASI. Pelayanan Nasabah Bank Dinar


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai dengan pertengahan tahun, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) bank kecil masih berada di atas 3%. Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukan, per Mei 2018 NPL bank kategori BUKU I naik menjadi 3,13% dari posisi Mei 2017 2,63%. Sementara itu, bank kelompok BUKU II  mencatatkan perbaikan NPL dari 3,66% menjadi 3,47% hingga akhir Mei 2018.

Posisi tersebut jauh lebih tinggi dari rata-rata NPL industri perbankan per Mei 2018 yang sebesar 2,75%. Lebih-lebih, dibandingkan posisi NPL per Juni 2018 yang hanya 2,67%.

Sejumlah bank kecil menyebut, tingginya NPL tersebut dikarenakan kemampuan membayar debitur menurun. Hal ini terjadi pada penyaluran kredit PT Bank Dinar Indonesia Tbk. Tercatat per Juni 2018 NPL bank ini tercatat 2,63% meningkat  65 basis poin (bps) dari posisi setahun sebelumnya 1,87%.

Direktur Utama Bank Dinar Hendra Lie menyebutkan, mayoritas kredit bermasalah  datang dari pelaku usaha di sektor perdagangan. Meski begitu, bank bersandi emiten DNAR ini yakin pihaknya mampu menekan laju NPL hingga ke level 2,16% di akhir 2018 mendatang.

"NPL di bulan Juni 2018 agak naik, karena memang adanya penurunan daya beli. Alhasil, kemampuan membayar debitur menurun," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (12/8). Sementara itu, dari segi fungsi intermediasi, Bank Dinar juga baru mencatat pertumbuhan kredit satu digit alias 2,27% yoy menjadi Rp 1,32 triliun pada paruh pertama tahun ini.

Selain Bank Dinar, PT Bank Sahabat Sampoerna (BSS) juga mencatatkan kenaikan NPL. Hanya saja, menurut Direktur Keuangan BSS Henky Suryaputra, bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, NPL BSS  terbilang menurun dan cenderung stabil dibandingkan tahun lalu.

Tercatat, per semester I 2018 NPL BSS berada di posisi 3,8% atau naik 10 bps dibanding tahun sebelumnya. Menurutnya, mayoritas kredit  masuk ke segmen UMKM yang cenderung punya risiko lebih tinggi bila dibandingkan dengan segmen lain.

Dus, Henky menyebut, bagi bank penyalur kredit UMKM, rasio NPL di sekitar 3% merupakan hal yang normal. "Sebanyak 80% portofolio UMKM, kami memang fokus di segmen ini. Sehingga NPL sekitar 3% itu normal. Memang bisnis ini (UMKM) NPL-nya bahkan biasanya bisa mencapai 4%," imbuhnya.

Hingga akhir tahun, BSS masih akan menjaga rasio kredit macet di level 3%. Sebagai catatan, sampai Juni 2018 lalu, bank  ini telah menyalurkan kredit senilai Rp 6,8 triliun atau tumbuh 12,4% year on year (yoy) dari posisi setahun yang lalu sebesar Rp 6,1 triliun.

Kenaikan NPL juga dialami bank kecil lain, yakni PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara dan Gorontalo (SulutGo). Meski masih jauh lebih rendah dari rata-rata industri, Bank SulutGo mencatatkan NPL per Juni 2018 sebesar 1,64% naik dari posisi tahun sebelumnya 1,3%.

Direktur Utama Bank SulutGo Jeffry Dendeng menyebutkan, posisi NPL tersebut masih dapat terjaga. Alhasil, pada akhir 2018 nanti pihaknya hanya akan menjaga NPL di level 1,5%.

"NPL Bank SulutGo 1,7%. Ada peningkatan dibanding tahun lalu dan masih didominasi oleh kredit komersial," katanya. Alih-alih tetap menjaga NPL di level rendah, Jeffry menyebutkan, pihaknya memang telah memperbaiki proses penyaluran kredit.

Salah satu caranya, dengan selektif memberikan kredit, melakukan monitoring secara berkala dan mengefektifkan penagihan kredit ke debitur. Sementara itu, dari sisi penyaluran kredit Bank SulutGo berhasil mencatatkan keniakan sebesar 17,5% yoy per Juni 2018 dengan total realisasi sebesar Rp 11,91 triliun.

Sekadar informasi saja, bila merujuk pada SPI OJK tercatat sektor perdagangan pada BUKU I per Mei 2018 mencatatkan NPL paling tinggi sebesar 6,58% disusul  sektor industri pengolahan dengan NPL 5,27%. Jumlah tersebut masing-masing naik dari posisi Mei 2017 yaknin 3,26% dan 4,62%.

Sementara kelompok BUKU II mencatatkan sektor perdagangan dengan NPL tertinggi sebesar 5,64% serta sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan sebesar 8,26% per Mei 2018.

NPL sektor perdagangan terbilang stagnan dibandingkan Mei 2017 sebesar 5,69% atau turun tipis. Adapun, NPL pada sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan naik dari posisi Mei 2017 yang sebesar 7,46%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×