Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis bank mulai membaik. Sejumlah indikator pemulihan bisnis bank mulai tampak. Misalnya, total laba bersih bank besar sampai Juni 2018, sebesar Rp 47,3 triliun atau naik 15% secara tahunan atau year on year (yoy).
Menurut riset CGS-CIMB Sekuritas Indonesia terhadap sejumlah bank besar, kinerja bank besar sampai Juni 2018 didorong oleh kredit segmen korporasi. Hasil riset itu terkonfirmasi dengan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai Juni 2018.
Merujuk data OJK, kredit perbankan sampai Juni 2018 tumbuh 10,75% yoy. Kenaikan kredit itu juga diimbangi dengan penurunan rasio kredit bermasalah (NPL), dari 2,96% di Juni 2017 menjadi 2,67% di Juni 2018.
Walau kinerja mulai membaik, bankir harus memperhatikan risiko likuiditas. Sebab, kendati kredit tumbuh 10,75% pada Juni 2018, dana pihak ketiga pada periode sama hanya naik 6,99%.
Nah, sejumlah bankir optimistis kinerja bank pada semester II-2018 bisa membaik. Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP memproyeksikan pertumbuhan kredit di semester 2 2018 masih dua digit atau di atas 10% secara tahunan. "Pendorongnya kredit ritel dan korporasi," kata Parwati, kepada KONTAN, Minggu (5/8).
Anto Prabowo, Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK menilai, situasi saat ini mulai memberi peluang bagi perbankan untuk tumbuh. Tak heran jika berbagai indikator kesehatan bank juga mulai membaik.
Risiko kenaikan bunga
Salah satu indikator itu adalah posisi kredit berisiko atau loan at risk yang mulai turun. Rasio loan at risk ini menghitung tak hanya kredit bermasalah, melainkan juga kredit dalam perhatian khusus dan kredit yang direstrukturisasi.
Nah, sampai kuartal II-2018, kredit berisiko sebesar 9,5%, turun dari 9,7% di kuartal I-2018. Bahkan, sejumlah bank besar mencatat risiko kredit lebih rendah lagi. Loan at risk BNI posisi Juni 2018, misalnya, di level 9,1%, turun 200 basis poin yoy dibandingkan periode sama tahun lalu yang masih di posisi 11,1%.
Yuddy Renaldi, SEVP Remedial dan Recovery BNI menyatakan, sampai akhir tahun ini BNI akan berupaya menurunkan rasio loan at risk hingga di bawah rasio saat ini. "Kami sudah menyusun strateginya sejak semester I-2018," kata Yuddy.
Namun, perbankan harus mewaspadai efek kenaikan tingkat suku bunga kredit. Selama ini, kenaikan bunga kredit juga melemahkan kemampuan nasabah membayar kredit. Dengan kata lain, risiko kredit naik seirama kenaikan suku bunga kredit.
Haryono Tjahjarijadi, Presiden Direktur Bank Mayapada, menyatakan sudah menyiapkan antisipasi risiko kredit itu. "Lebih hati-hati memberi kredit dan berkomunikasi dengan debitur," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News