Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tambahan likuiditas yang baru-baru ini dicairkan kepada bank-bank pelat merah sempat memunculkan pro dan kontra. Dalam hal ini, beberapa pihak menilai pertumbuhan kredit yang lambat lebih karena minimnya permintaan ketimbang ketatnya likuiditas.
Nah, hal tersebut sejatinya cukup tergambar di kondisi kredit menggangur di perbankan. Seperti diketahui, kredit menganggur merupakan fasilitas kredit yang telah disetujui oleh bank kepada nasabah, namun belum ditarik atau dicairkan oleh nasabah tersebut.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, kredit menganggur di perbankan tercatat senilai Rp 2.304 triliun per Juni 2025. Capaian tersebut mengalami kenaikan dari periode sama tahun lalu yang baru mencapai Rp 2.152 triliun.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan peningkatan kredit menganggur ini merupakan sinyal kuat bahwa persoalan utama ada di sisi permintaan dan eksekusi proyek, bukan semata-mata ketersediaan dana.
Baca Juga: Guyuran Dana Rp 200 Triliun ke Bank Himbara Dinilai Tak Menjawab Persoalan
“Uang di sistem tersedia, tetapi dunia usaha belum menariknya secepat yang diharapkan, baik karena kehati-hatian, penundaan belanja modal, maupun preferensi memakai kas internal terlebih dulu,” ujar Josua, Senin (15/9/2025).
Hanya saja, Josua menegaskan kenaikan kredit menganggur bukan satu-satunya faktor yang menunjukkan permintaan kredit yang masih minim. Menurutnya, ada elemen eksekusi proyek dan preferensi pendanaan internal korporasi yang sama penting.
Ia pun menambahkan guyuran likuiditas Rp 200 triliun ke bank pelat merah akan efektif bila bank menyalurkannya ke pembiayaan yang memang sudah siap dicairkan dan ke sektor yang perputaran kegiatannya cepat; jika tidak, dana itu lebih aman ditarik kembali ketimbang dibiarkan mengendap dan menekan marjin.
“Saluran yang paling menjanjikan untuk mempercepat penyerapan adalah segmen dan sektor prioritas yang memang sudah didukung kebijakan bersama Kementerian Keuangan–Bank Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan bilang kondisi kredit menganggur ini akan tergantung animo investasi korporasi. Menurutnya, hingga Agustus 2025 ini, permintaan kredit itu memang belum pulih, terutama dari nasabah korporasi.
Ada beberapa hal yang menurut Lani membuat korporasi masih menahan ekspansi saat ini. Ia menyebutkan salah satu alasan yang menyebabkan belum ada gairah ekspansi adalah lebih menunggu turunnya bunga kredit apabila likuiditas lebih longgar.
Baca Juga: Dana Jumbo Rp 200 Triliun Masuk Bank BUMN, Begini Dampaknya ke Pasar Saham
“Kami harapkan menjelang kuartal IV-2025 bisa lebih bergairah. Dan tergantung dari sikon ekonomi dan image keamanan dalam negeri,” ujar Lani.
Sebagai gambaran, kondisi kredit menganggur di CIMB Niaga pada posisi Juli 2025 mencapai Rp 112,65 triliun. Angka tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan periode Juli 2024 yang hanya senilai Rp 105,25 triliun.
Sedikit berbeda, Corporate Secretary BSI Wisnu Sunandar menyebutkan realisasi pencairan pembiayaan bisa jadi belum secepat komitmen pembiayaan yang sudah disepakati. Alhasil, kredit menganggur mengalami kenaikan.
Menurut Wisnu, ada beberapa faktor utama yang membuat pencairan tertahan, antara lain ketidakpastian makroekonomi dan geopolitik global, tren suku bunga yang meskipun mulai turun masih menunggu stabilisasi, keterkaitan dengan proyek pemerintah yang sebagian besar masih tahap persiapan.
“Kondisi ini lebih mencerminkan sikap korporasi yang hati-hati dalam menentukan timing ekspansi, bukan karena permintaan yang lemah,” ujar Wisnu.
Sebagai gambaran, kredit menganggur yang dimiliki bank syariah terbesar di Indonesia ini mencapai Rp 1,09 triliun per Juli 2025. Angka tersebut naik cukup signifikan yaitu mencapai 17% secara tahunan (YoY).
Wisnu pun memproyeksikan tren pencairan pembiayaan akan meningkat hingga akhir tahun 2025. Hal tersebut dikarenakan stimulus, program pemerintah mulai berjalan dan kondisi ekonomi yang mulai stabil.
“Termasuk perbaikan likuiditas bank akibat penempatan dana ke Bank Himbara dari Kementerian Keuangan,” tandas Wisnu.
Selanjutnya: Dolar Melemah Jelang Keputusan Bank Sentral, Penurunan Peringkat Prancis Tekan Euro
Menarik Dibaca: 4 Makanan yang Meningkatkan Hormon Kortisol atau Hormon Stres, Kurangi!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News