Reporter: Ferrika Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku multifinance yang membidik bisnis di sektor produktif, masih menghadapi tantangan hingga akhir tahun 2018. Ada beberapa kendala yang dinilai masih jadi tantangan penyaluran di sektor produktif, terutama penyaluran kredit ke Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno bilang, tantangan yang masih dihadapi pelaku usaha pembiayaan adalah sumber pendanaan yang masih bergantung dari pihak perbankan. Alasannya, perbankan lebih tertarik membiayai multifinance di sektor multiguna, seperti pembiayaan kredit kendaraan dan alat berat.
“Sektor produktif yang disalurkan ke UMKM masih kalah dengan sektor multiguna yang mengusai pembiayaan sampai 67%. Kenyataannya bank lebih enak membiayai kredit motor dan mobil,” kata Suwandi di Jakarta, Selasa (8/5).
Selain soal pendanaan, bank juga tidak mau tersaingi dalam menyalurkan pembiayaan kredit ke UKM. Dari sisi ini, pihak perbankan akan memberikan persyaratan yang ketat untuk memberikan pendanaan kepada multifinance tersebut.
Maka tak mengherankan, dengan ketatnya memperoleh pendanaan dan ketergantungan dari pihak perbankan membuat multifinance perlu menyalurkan kredit dengan tingkat bunga lebih tinggi ke nasabah.
“Sudah pasti secara bunga lebih tinggi di multifinance, tetapi pinjaman bisa diberikan lebih mudah dari bank. Pinjaman UKM ke bank juga dibatasi, hanya boleh Rp 25 juta, sedang di multifinance bisa lebih dari itu,” jelasnya.
Meskipun bisnis multifinance menghadapi banyak tantangan, tapi Suwandi tetap optimistis bahwa pembiayaan di sektor produktif sampai akhir tahun 2018 bisa menaikkan jumlah aset sekitar 8% hingga 10%. Walaupun tingkat pertumbuhan nantinya akan berjalan lambat sampai bisa menyeimbangkan dengan pembiayaan di sektor lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News