kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kepemilikan Asing di SBN Tersisa 15%, LPS Beberkan Dampak Positifnya


Rabu, 17 Agustus 2022 / 15:12 WIB
Kepemilikan Asing di SBN Tersisa 15%, LPS Beberkan Dampak Positifnya
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kepemilikan investor asing terhadap surat berharga negara (SBN) terus susut tersisa berkisar 15%. Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan,  ada dua sisi yang dapat dilihat dari perkembangan tersebut.

Ia bilang, sisi baik dari hal tersebut adalah ketergantungan terhadap dana asing untuk pembangunan semakin kecil, lebih banyak uang yang bersumber dari dalam negeri yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur nasional. 

"Keuntungan lainnya adalah stabilitas pasar SBN menjadi lebih mudah dijaga karena kita tidak terlalu terpengaruh lagi oleh pergerakan investor asing di pasar obligasi," ujarnya dalam keterangan tertulis.

Baca Juga: Minat Investor Naik, Penawaran Masuk dalam Lelang SUN Selasa (16/8) Capai Rp 72,16 T

Purbaya menilai dengan jumlah kepemilikan asing yang lebih sedikit, maka akan relatif lebih memudahkan Bank Sentral maupun pemerintah dalam mengendalikan gejolak di pasar obligasi sehingga stabilitas pasar finansial relatif lebih mudah dijaga.

Ia membandingkan dengan Jepang, dimana hampir 90% surat berharganya dikuasai oleh domestik. “Jadi jika ada gonjang ganjing di pasar dunia yield government Jepang tetap stabil, dan stabilitas sistem finansial mereka tetap terjaga,” ucapnya.

Kemudian terkait risikonya jika kepemilikan asing yang semakin kecil. Ia menjelaskan jika modal asing banyak yang keluar, hal tersebut juga akan membuat stabilitas rupiah menjadi terganggu, dan rupiah akan terkoreksi.

Baca Juga: Utang Luar Negeri RI Turun Menjadi US$ 403 Miliar

“Namun mereka juga investor yang mencari return. Kalau pertumbuhan ekonomi suatu negara itu kuat, hal itu juga akan menarik investasi di pasar surat utang negara juga. Pertumbuhan ekonomi yang kuat akan mengundang investasi di sektor riil maupun di sektor finansial, sehingga nilai tukar menguat dan yield surat utang negara pun cenderung turun," paparnya. 

Hal tersebut akan menguntungkan investor di pasar surat utang negara.  Jadi, kuncinya harus terus menjaga pertumbuhan dan sustainability dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×