Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren bunga tinggi telah membebani bank-bank digital yang menyebabkan membengkaknya beban bunga pada periode kuartal I-2024.
Meski begitu, sejumlah emiten bank digital masih mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja laba bersih yang disokong oleh pendapatan bunga sejalan dengan pertumbuhan kinerja kredit pada Kuartal I-2024.
Rata-rata bank digital juga mencatatkan kenaikan rasio margin bunga bersih (NIM) pada Kuartal I-2024.
Dari empat emiten bank digital yang telah rilis kinerja keuangan pada Kuartal I-2024, PT Bank Jago Tbk (ARTO) mencatatkan kenaikan beban bunga tertinggi, naik sekitar 12% yoy menjadi Rp 417,27 miliar pada Kuartal I -2024.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Emiten Perbankan di Tengah Potensi Penurunan Lanjutan
Membengkaknya beban bunga ini turut menggerus pendapatan bunga bersih Bank Jago dari Rp 422,73 miliar pada Kuartal I -2024.
Meski begitu, kinerja laba bersih Bank Jago mampu tumbuh 24% menjadi Rp 21,72 miliar. Disokong oleh pertumbuhan pendapatan bunga pendapatan berbasis komisi.
Direktur Kepatuhan & Corporate Secretary Bank Jago, Tjit Siat Fun, menyampaikan mengatakan salah satu upaya Bank Jago dalam menurunkan beban bunganya adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga deposito dan tabungan Kantong Terkunci mulai 02 Mei 2024.
"Kami optimis dengan memanfaatkan ekosistem yang ada, pertumbuhan DPK Bank Jago akan tetap tumbuh. Kami juga akan terus memperluas dan memperkuat ekosistem yang ada," kata dia kepada Kontan.
Selain Bank Jago, beban bunga bank digital lainnya juga membengkak. Bank Raya tercatat mengalami peningkatan beban bunga sebesar 5,83% yoy menjadi Rp 119,99 miliar pada Kuartal I-2024.
Namun Bank Raya mampu mencatatkan pertumbuhan laba bersih 109,50% yoy menjadi Rp 9,16 miliar. Ini merupakan angka pertumbuhan tertinggi di bank digital yang rilis kinerjanya pada Kuartal I-2024.
Krom Bank Indonesia juga mencatatkan beban bunga yang membengkak 1,56% menjadi Rp 9,13 miliar pada Kuartal I-2024.Meski begitu laba bersih Krom Bank mampu tumbuh 10,25% yoy menjadi Rp 28,19 miliar pada Kuartal I-2024.
Senada, beban bunga Allo Bank juga tercatat naik sekitar 4% menjadi Rp 79,5 miliar pada Kuartal I-2024.
Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan sejak kebijakan Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga sejak Agustus 2023 hingga April 2024 sebesar 2.75% atau 275 basis poin, hal tersebut telah berdampak secara langsung kepada beban bunga Allo Bank dan industri bank secara umum.
Mengantisipasi kenaikan terlalu tinggi, Indra menyebut pihaknya telah menerapkan beberapa strategi pada segmen ritel untuk menjaga kinerja DPK Allo Bank dengan meluncurkan produk Allo Grow dan memperkuat program program sinergi bersama ekosistem CT Corp, pada segmen wholesale Allo Bank melakukan penyesuaian tingkat suku bunga secara selektif.
"Allo Bank tidak akan melakukan perubahan tingkat suku bunga secara signifikan dalam waktu yang singkat pada produk deposito," kata dia kepada Kontan.
Meski begitu dengan sokongan pertumbuhan pada pendapatan bunga bersih yang naik 10,97% yoy menjadi Rp 263,12 miliar. Rasio NIM juga naik menjadi 8,9%.
Baca Juga: Harap Sabar, Potensi Penurunan Lanjutan Saham Sektor Perbankan Terbuka Lebar
Adapun untuk mendorong kinerja kredit tahun ini, Allo Bank akan mendorong segmen ritel dengan berkomitmen untuk memperdalam dan memperkuat produk PayLater dengan memperbanyak program bersama ekosistem CT Corp, dengan tetap berpedoman pada pemantauan risiko dan akses layanan digital yang dikelola secara tepat.
Adapun pada segmen wholesale, Indra menyebut pertumbuhan tidak akan digenjot secara agresif.
"Adapun kondisi eksisting Allo Bank senantiasa melakukan pemantauan terhadap kualitas dan juga kinerja debitur agar dapat menjaga performa seiring dengan penyesuaian terhadap tingkat suku bunga acuan BI," terangnya.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan pertumbuhan kinerja Bank digital memang mulai terlihat progresif.
Meski begitu hal ini belum berlaku pada kinerja harga sahamnya.
"Kinerjanya memang mengalami kenaikan, masalahnya secara valuasi rata-rata masih premium (mahal), ini tercermin dari kondisi pergerakan Harga saham nya juga," kata dia kepada Kontan.
Lebih lanjut Nafan menyebut hingga saat ini tren harga saham dari emiten-emiten bank digital terus turun.
"Ini sejalan dengan harganya juga harganya bearish, jadi demand investor masih belum tercipta untuk saham yang berbasis digital," kata dia
Lebih lagi saat ini emiten bank KMBI IV juga terus mengembangkan teknologi dan layanan digitalnya. Tak ayal masyarakat lebih memilih bank bank besar tersebut.
Ke depan Nafan menyebut kinerja saham bank digital masih terus wait and see karena masih dalam kondisi downtren. Lagi pula sampai saat ini belum terjadi inflow atau aliraan dana yang masuk pada saham emiten bank digital tersebut. Hal ini juga yang dinilai Nafan membuat harga sahamnya masih belum mengalami kenaikan meskipun secara fundamental kinerja Bank digital terus membaik.
Nafan merekomendasikan saham Bank Jago (ARTO) untuk hold dengan target harga Rp 1.885, saham Allo Bank (BBHI) juga masih bearish, dengan rekomendasi Hold di harga Rp 960, dan saham Bank Raya (AGRO) dengan target harga Rp 258.
"Meskipun rata-rata secara konsolidasi masih bearish sampai saat ini," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News