kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Konsorsium Ilham Habibie siap penuhi kebutuhan modal Bank Muamalat


Rabu, 03 Oktober 2018 / 16:32 WIB
Konsorsium Ilham Habibie siap penuhi kebutuhan modal Bank Muamalat
Konsorsium Ilham Habibie


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajemen PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mengungkapkan, pihak konsorsium yang diprakarsai oleh Ilham Habibie siap memenuhi kebutuhan modal Bank Muamalat.

Ilham Habibie yang juga menjadi Komisaris Utama Bank Muamalat ini memimpin konsorsium investor yang terdiri dari Ilham Habibie, Keluarga Panigoro, Lynx Asia dan SSG Capital. Guna meningkatkan struktur permodalan Bank Muamalat, pada 11 Oktober 2018 pemegang saham bakal melakukan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB).

Salah satu yang akan menjadi topik penting dalam RUPS-LB kali ini antara lain mengenai rencana hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue.

“Semua anggota konsorsium termasuk saya ingin menguatkan. Skema investasi memang ada beberapa langkah, ada aset swap dan setelah itu melalui rights issue kami akan menyuntik dana,” ujar Ilham saat ditemui di Kantor Pusat Bank Muamalat di Jakarta, Rabu (3/10). 

Menurut Ilham, dana rights issue yang masuk nanti akan langsung masuk ke dalam komponen tier 1 alias modal inti.

Komisaris Independen Bank Muamalat Iggi H. Achsien mengungkapkan, dalam rencana rights issue tersebut setidaknya Bank Muamalat akan mengeluarkan saham seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham dalam jumlah maksimal 20 miliar saham baru. Pihaknya berharap, dari rencana aksi korporasi tersebut Bank Muamalat mampu memperoleh Rp 2 triliun sebagai dana segar untuk memperkuat modal.

"Besarannya itu ada 20 miliar saham. Jadi kalau harapan kami, paling tidak ekuivalen (setara) Rp 2 triliun. Angka Rp 2 triliun itu akan menjadi suntikan dana segar bagi Bank Muamalat," ujar Iggi.

Lebih lanjut, Iggi menambahkan skema asset swap atau biasa dikenal dengan tukar guling aset memang diakui tidak dapat digunakan sebagai upaya pembenahan bisnis Bank Muamalat. Alasannya, skema ini telah ditolak oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun, pihaknya menambahkan, Bank Muamalat terus berkordinasi dengan OJK terkait hal tersebut.

Artinya, skema swap yang sempat dilakukan akan dilanjutkan lewat proses pembenahan, pengkajian dan penyempurnaan sesuai dengan arahan OJK.

Kembali menyoal rencana rights issue, Ilham Habibie menjelaskan, empat investor yang tergabung dalam konsorsium ini akan menjadi entitas tersendiri. Nantinya, konsorsium inilah yang bakal menjadi pemegang saham pengendali (PSP) dari bank syariah pertama di Indonesia tersebut.

"Berapa persisnya (kepemilikan saham) akan dilihat setelah rights issue, yang pasti konsorsium menjadi PSP yang pasti di atas 50% bahkan saya berani bilang di atas 60%. Lihat nantinya saja," imbuhnya. 

Dus, rights issue ini bakal membuat porsi pemegang saham lama di Bank Muamalat bakal terdelusi.

Sementara itu, sebelumnya dalam pemberitaan Kontan.co.id (6/9) lalu Manajemen Bank Muamalat juga berencana melakukan penerbitan sukuk atau surat berharga syariah sebesar Rp 1,5 triliun sebagai langkah memperkuat modal.

Iggi menyebut untuk saat ini pihaknya masih memprioritaskan rights issue sebagai langkah penguatan modal. Namun, konsorsium juga menyadari penguatan modal memang dapat dilakukan dengan mengkombinasi dua komponen yaitu dengan sukuk subordinasi.

Artinya, investor yang kelak menjadi pemegang saham pengendali ini memang berencana untuk melakukan penguatan modal kembali. Namun, hal tersebut akan dilakukan secara bertahap.

"Konsorsium akan memenuhi kebutuhan modal bank sesuai dengan aturan. Jadi pada saat dibutuhkan penguatan tersebut bisa dilakukan," jelas Iggi. Manajemen juga tak menampik, apabila memang diperlukan hal tersebut bisa dilakukan pada tahun ini.

Tentunya, sesuai dengan kebutuhan dan persetujuan dari regulator. Sebagai gambaran informasi saja, dalam artikel Kontan.co.id (27/9) lalu pelopor bank syariah di Tanah Air ini membutuhkan dana segar sebesar Rp 4 triliun hingga Rp 8 triliun untuk mengembalikan permodalan perusahaan agar kembali seperti semula.

Di sisi lain, Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K. Permana menyampaikan, dengan komitmen dari konsorsium investor yang akan masuk ini tentu akan sangat membantu penguatan Bank Muamalat.

Paling tidak, ketika dana rights issue telah terserap, rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) Bank Muamalat akan mampu dijaga stabil di kisaran 14%. Setelah dana masuk, Permana bakal langsung menggenjot kinerja bank. Pertama antara lain dengan membangun infrastruktur penopang bisnis Bank Muamalat.

Termasuk melakukan pengembangan di sisi teknologi informasi dan manajemen risiko. Setelah itu selesai, Bank Muamalat akan bergegas melakukan pembenahan rasio pembiayaan bermasalah alias non performing financing (NPF).

"Untuk bad bank (NPF) memang bukan hal mudah yang setahun selesai. Pasti butuh proses. Jadi ekspansi (pembiayaan) baru akan kami lakukan setelah infrastrukturnya solid," tegasnya.

Sekadar informasi, per Juni 2018 CAR Bank Muamalat berada di posisi 15,92%. Posisi yang sama tahun lalu di posisi 12,94%. Sedangkan rasio NPF gross di posisi 1,65% menurun dari 4,95% pada Juni 2017.

Sedangkan rasio return on aset (ROA) pada posisi 0,49% di Juni 2018 membaik dibandingkan posisi pada Juni 2017 lalu sebesar 0,15%. Adapun, return on equity (ROE) per Juni 2018 di level 5%, menurun dari posisi yang sama tahun lalu di level 2,25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×