Reporter: Petrus Dabu | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Sebelum tahun 2004, Pangadi masih menjadi buruh bangunan di Kota Wonosari, Gunung Kidul. Saat itu, ia mendapat upah Rp 15.000 hingga Rp 25.000 per hari. Kini Pangudi memiliki sebuah tokoh oleh-oleh khusus menjual hasil olahan belalang dengan omzet hingga Rp 14 juta per bulan.
Tahun 2004 menjadi titik balik bagi pria dua anak dan satu istri ini. Saat itu, di daerah Gunung Kidul banyak masyarakat yang menjual belalang di pinggir jalan. Pangadi pun iseng-iseng mencoba. Tetapi, ia tidak seperti warga lain yang menjual belalang mentah, Pangudi mencoba menjual belalang yang sudah digoreng.
Bermodal sekitar Rp 150.000, bersama istrinya Pangadi menjual belalang goreng di pinggir jalan saat musim liburan seperti Lebaran. Kala itu, harga belalang masih murah. Untuk 20 ekor belalang mentah, saat itu masih bisa ditukar dengan Rp 1.000. Selain untuk membeli belalang, modal Rp 150.000 itu juga untuk membeli bumbu dan minyak goreng.
Tahun 2006-2007, permintaan belalang di daerah Gunung Kidul semakin banyak peminatnya. Harga belalang mentah pun naik menjadi Rp 5.000 per kilogram. Namun, Pangadi masih bisa mengatasi dengan modal sendiri.
Tetapi, beberapa tahun kemudian, permintaan belalang makin meningkat. Harga belalang mentah di tingkat pengepul pun makin mahal. Terkahir kata Pangadi, harga belalang mentah yang dipasok dari Kebumen dan Cilacap sebesar Rp 150.000 per kilogram.
Naiknya harga belalang ini, lantaran pasokan belalang dari Kulonprogo tidak lagi ada, menyusul adanya pembangunan bandara yang menggusur lahan seluas sekitar 1.800 hektare (ha). Sementara di Gunung Kidul, menurut Pangadi, belalang muncul hanya pada bulan Januari-Februari saja.
Karena tingginya permintaan belalang, Pangadi dan istri pun memutuskan meminjam dana ke Bank Mandiri Syariah (BSM). "Awalnya di 2010 sebesar Rp 20 juta. Dua tahun kemudian pinjam lagi Rp 20 juta. Terakhir 2016, kami pinjam Rp 50 juta di BSM," ujarnya di Wonosari, Rabu (22/11).
Kini Pangadi memiliki satu toko yang khusus menjual hasil olahan belalang berupa belalang goreng, abon belalang, belalang ketucky, sambal belalang dan peyek belalang. Semua hasil olahan belalang ini diproduksi sendiri oleh Pangadi dan istri. Sementara pasokan belalang mentah diambil dari pengepul.
Dari jualan olahan belalang ini, saban bulan Pangadi bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp 5 juta, dengan omzet sekitar 6 juta sampai Rp 14 juta. Omzet yang besar terutama terjadi pada musim liburan seperti saat Lebaran.
Selain dijual di tokoh sendiri, Pangadi juga menitipkan hasil olahan belalangnya di beberapa toko oleh-oleh di Gunung Kidul. Ke depan ia berencana menambah satu lagi toko oleh-oleh khusus belalang. Karena itu, ia berencana kembali akan meminjam dana di Bank Syariah Mandiri, bila pinjaman Rp 50 jutanya tahun 2016 lalu sudah lunas tahun 2018 nanti.
Pangadi adalah satu dari 2.674 nasabah Industri Kecil (IKM) Bank Mandiri Syariah di area operasi Yogyakarta yang mencakup provinsi DIY hingga Purwokerto di Jawa Tengah. Total penyaluran kredit mikro di wilayah itu hingga Oktober 2017 mencapai Rp 146 miliar, tumbuh 2,24 % dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sampai akhir tahun diperkirakan tumbuh 5%.
Sedangkan, total pembiayaan per Oktober 2017 mencapai Rp 1,06 triliun, dengan jumlah nasabah sekitar 10.000 nasabah yang mencakup DIY dan Purwokerto.
Rinciannya, pembiayaan consumer sekitar Rp 491 miliar, businnes banking (UMKM) sekitar Rp 377 miliar.
Sampai akhir tahun nanti, ditargetkan pembiayaan mencapai Rp 1,2 triliun atau tumbuh sekitar 3%. Menurutnya, pertumbuhan yang relatif rendah untuk pembiayaan, terjadi karena ada beberapa sektor yang mulai dikurangi sebagai dampak pertumbuhan ekonomi.
"Terutama di bussiness banking dan mikro. Dengan kondisi ekonomi sekarang ini beberapa sektor terutama di perdagangan yang dulu bagus, sekarang nggak semuanya, hanya kuliner yang bagus, tetapi toko-toko ritel agak sedikit tertekan,"ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News