Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski sektor UMKM menjadi salah satu yang didorong untuk tumbuh, perlu disadari bahwa kredit ke sektor tersebut mengalami perlambatan. Mengingat risiko di sektor tersebut cukup tinggi.
Hal ini tercermin dari data rasio Non Performing Loan (NPL) UMKM per September 2024 yang tercatat di level 4%. Ini lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun sebelumnya di level 3,88%.
Sementara itu, kredit UMKM tercatat hanya tumbuh 4,6% secara tahunan (YoY) per Oktober 2024 menjadi Rp 1.402,3 triliun. Sebagai perbandingan, pada bulan sebelumnya, kredit UMKM mampu tumbuh 5% YoY.
Baca Juga: Dukung Ketahanan Pangan, Bank Mandiri Salurkan KUR ke UMKM Pangan
Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri UMKM Helvi Moraza mengatakan, hal itu memang menjadi kewenangan dari masing-masing bank. Meski pemerintah mendorong sektor UMKM, Helvi bilang tak serta-merta melupakan risiko kredit yang ada.
“komitmen UMKM itu juga harus memperhitungkan (kepentingan dan keselamatan bank sebagai pemberi modal,” ujar Helvi, Selasa (10/12).
Lebih lanjut, ia bilang tugas pemerintah adalah membina UMKM-UMKM ini. Tujuannya adalah mendorong UMKM agar memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bank.
“Tentu kita akan membina mereka melalui deputi-deputi kita,” tambahnya.
Baca Juga: Jelang Akhir Tahun, Kredit Menganggur Perbankan Masih Menggunung
Ia juga menjelaskan bahwa ada beberapa tahapan yang bisa menjadikan UMKM itu tangguh. Tahap awal adalah penyaringan minat dan bakat ditambah mengisi ilmu pengetahuannya tentang kewirausahaan.
Setelah itu, Helvi menyebut bagaimana UMKM ini mendapat permodalan. Terakhir, menentukan bagaimana akses pasar agar bisa berkompetisi di domestik atau di global.
Selanjutnya: Disokong Ekonomi China yang Pulih, Harga Logam Mulia Diproyeksi Positif Tahun Depan
Menarik Dibaca: Diguyur Hujan, Ini Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (11/12)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News