Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dikky Setiawan
Bank masih bukukan kenaikan pencadangan
JAKARTA. Sampai akhir kuartal II 2016, perbankan sepertinya masih mencatatkan kenaikan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).
Manajemen sejumlah bank mengaku, pada kuartal II tahun ini masih menaikkan pencadangan lantaran kondisi ekonomi yang masih penuh tantangan.
Namun, kenaikan pencadangan ini tercatat tidak terlalu jauh dibandingkan dengan kuartal 1 2016.
Sebagai informasi, berdasarkan data OJK sampai April 2016, CKPN perbankan masih mengalami kenaikan 37,25% year on year (yoy) menjadi Rp 124,05 triliun.
Sampai April 2016, NPL perbankan Indonesia naik 52,51% yoy menjadi 2,93%.
PT Bank Central Asia Tbk merupakan salah satu bank yang melakukan kenaikan pencadangan pada kuartal 1 2016.
Menurut Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja, kendati pada kuartal II 2016, pencadangan secara yoy meningkat, namun nilainya tidak jauh seperti kenaikan pada kuartal 1 2016.
“Jadi memang pada kuartal II 2016 kami tambah pencadangan, namun ini dalam batas normal tidak ada yang ekstra ordinary,” ujar Jahja menjawab pertanyaan KONTAN, Senin (11/7).
Sebagai gambaran, pada kuartal 1 2016, bank berkode BBCA di bursa efek Indonesia ini mencatat kenaikan pencadangan sebesar 44,52% menjadi Rp 9,46 triliun.
Jahja menambahkan, secara umum kenaikan pencadangan sudah relatif bagus, salah satunya disebabkan permintaan kredit modal kerja.
PT Bank Tabungan Negara Tbk juga mengaku sampai kuartal II 2016 ini ada kenaikan pencadangan.
Direktur Keuangan BTN Imam Nugroho Soeko mengatakan, pada kuartal II, bank yang fokus ke kredit perumahan ini mencatatkan kenaikan tipis CKPN.
“Sebagian besar berasal dari segmen komersial,” ujar Iman menjawab pertanyaan KONTAN, Senin, (11/7).
Pada kuartal 1 2016, bank berkode BBTN di bursa efek Indonesia ini mencatat kenaikan pencadangan sebesar 23,4% menjadi Rp 2,1 triliun.
Anggaran pencadangan
Selain BCA dan BTN, PT Bank OCBC NISP Tbk juga mengaku adanya kenaikan pencadangan pada kuartal I 2016.
Direktur Utama OCBC NISP Parwati Surjaudaja, mengatakan, pencadangan yang masih mengalami kenaikan disesuaikan dengan antisipasi risiko kredit yang ada.
“Secara yoy untuk coverage ratio masih diatas 100%. Jadi trendnya mirip dengan angka kuartal 1 2016,” ujar Parwati kepada KONTAN, Senin, (11/7).
Pada akhir kuartal 1 2016, tercatat bank berkode NISP ini menganggarkan Rp 2,1 triliun untuk pencadangan.
PT Bank Bukopin Tbk juga mengaku pada kuartal 2 2016 ini bank masih mencatatkan kenaikan tipis pencadangan sebesar 0,5%.
“CKPN ini utamanya berasal dari sektor perdagangan dan kontruksi,” ujar Glen Glenardi, Direktur Utama Bank Bukopin.
Sebagai informasi, pada semester II 2016, bank berkode BBKP ini memperkirakan target pertumbuhan kredit hanya akan naik 10% yoy atau turun dari prediksi sebelumnya 12% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News