Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Beberapa bankir memproyeksi pertumbuhan kredit tahun depan bisa mencapai dobel digit. Hal ini seiring dengan program kredit usaha rakyat (KUR) pada tahun depan yang diproyeksi mempunyai suku bunga kredit lebih rendah dari tahun ini.
Selain itu, walaupun pemerintah belum secara resmi mengumumkan, ada potensi alokasi kredit dan jumlah lembaga keuangan penyalur kredit KUR tahun depan yang semakin bertambah.
Faktor lain yang diprediksi mendorong pertumbuhan kredit UMKM tahun depan, diantaranya adalah Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14/22/PBI/2012 tentang kewajiban minimal penyaluran kredit sebesar 15% dari total kredit. Keyakinan pertumbuhan ekonomi tahun depan juga ikut menjadi pendorong pertumbuhan kredit UMKM.
Mohammad Irfan, Direktur UMKM PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memproyeksi pada tahun depan, kredit mikro bisa mengalami kenaikan 15% yoy. “Target krediet UMKM BRI sampai akhir 2016 minimal Rp 390 triliun,” ujar Irfan kepada KONTAN, Senin (17/10).
Irfan mengatakan, pada tahun depan ada beberapa startegi BRI untuk meningkatkan pertumbuhan kredit mikro utamanya yang non KUR. Pertama adalah dengan melayani segmen UMKM di atas KUR secara lebih selektif sesuai dengan potensi ekonomi daerah.
Kedua adalah mencoba memberikan kredit yang lebih menarik dan waktu keputusan lebih cepat. Ketiga adalah mengembangkan layanan online aplikasi pinjaman sesuai dengan perkembangan teknologi.
PT Bank OCBC NISP Tbk juga menargetkan pada tahun depan pertumbuhan kredit UKM bisa seiring dengan industri perbankan. “Kami memastikan seluruh rangkaian proses sejak aplikasi pinjaman hingga pemeliharaan pinjaman selalu berpegang prinsip prudent,” ujar Parwati Surjaudaja, Direktur Utama OCBC NISP kepada KONTAN, Senin (17/10).
Sebagai gambaran, pertumbuhan retail loan OCBC NISP sampai kuartal 3 2016 adalah sebesar 10% sampai 12% yoy.
Selain memacu kredit, beberapa bankir juga berusaha menjaga kualitas kredit UMKM seiring dengan potensi bertambahnya volume penyaluran pembiayaan tahun depan.
Irfan mengatakan strategi BRI adalah menjaga kualitas kredit dengan terus melakukan pembinaan yang lebih intensif dan restrukturisasi debitur bermasalah. NPL UMKM tahun depan dijaga di angka 3%.
Parwati mengatakan OCBC NISP juga memastikan bahwa pemeliharaan dan recovery pinjaman bisa terintegrasi dengan baik. Secara industri, sampai Juli 2016 tercatat pertumbuhan kredit UMKM baru sebesar 8,02% yoy menjadi Rp 765,07 triliun. NPL di sektor ini tercatat sebesar 4,58%.
Penyaluran kredit UMKM secara industri, tercatat didominasi oleh bank BUMN yaitu sebesar 54% dari total kredit, selanjutnya disusul bank swasta sebesar 36%. Ada dua sektor yang mendominasi penyaluran kredt UMKM yaitu perdagangan dan pengolahan yaitu masing-masing 54% dan 10%.
Selain itu pulau Jawa dan Sumatera juga mendominasi penyaluran kredit UMKM sebesar masing-masing 57% dan 20%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News