Reporter: Nina Dwiantika |
JAKARTA. Sejak diambil alih Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada November 2008, kinerja Bank Mutiara banyak ditopang oleh penyelesaian aset-aset bermasalah. Selama periode tersebut, semakin besar aset busuk yang berhasil dicairkan (recovery), hingga signifikan pengaruhnya ke pendapatan. Tak heran, bank ini pernah mencetak pertumbuhan laba fantastis, meski dari sisi bisnis terlihat biasa-biasa saja.
Era ketergantungan itu kini sudah berlalu lantaran aset bermasalah yang bisa dijual juga sudah berkurang. Tahun keempat di bawah LPS, kinerja eks Bank Century ini semakin mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Maksudnya, perolehan laba benar-benar bertumpu dari kegiatan bank, seperti menyalurkan dan menghimpun dana serta fee based income. Kontribusi penjualan aset bermasalah terhadap laba semakin mengecil.
Tengok saja laba per Desember 2012. Bank yang baru saja ditinggalkan direktur utamanya itu hanya membukukan kenaikan laba bersih sebesar 4,8% menjadi Rp 273 miliar. Sebagai pembanding, pada 2011 bank ini mencetak pertumbuhan laba 49%.
"Laba pada periode ini murni bersumber dari kredit, pendapatan non-bunga serta bisnis inti perbankan lain," kata Pelaksana Tugas Dirut Bank Mutiara, Ahmad Fajar, Minggu (6/1). Ia merangkap jabatan ini sejak Maryono diangkat menjadi orang nomor satu di Bank Tabungan Negara (BTN) 28 Desember 2012.
Meski laba hanya naik tipis, bisnis bank ini sejatinya terus berkembang. Aset meningkat 17,2% menjadi Rp 15,3 triliun. Pencapaian ini ditopang oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 19,64% dan penyaluran kredit sebesar 19,35%. Sementara rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 3,4%, turun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,5%. "Pertumbuhan aset menunjukkan tingginya tingkat kepercayaan publik, khususnya dunia usaha dan nasabah," jelas Ahmad.
Ahmad menyatakan, rencana bisnis Bank Mutiara ke depan akan ditunjang oleh beberapa lini bisnis baru seperti penyaluran kredit ke segmen mikro. Perseroan berencana membuka 100 gerai di berbagai kota seluruh Indonesia.
Melalui kemitraan serta pembukaan outlet, manajemen Mutiari optimistis penyaluran kredit sepanjang 2013, bakal menembus Rp 12,97 triliun atau naik 17%. Adapun target DPK tahun ini sebesar Rp 14,76 triliun alias tumbuh 10% dari tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News