Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Bank Syariah Mandiri (BSM) mencetak kenaikan laba bersih nan-fantastis pada semester I-2012. Anak usaha Bank Mandiri itu membukukan keuntungan Rp 397 miliar atau tumbuh 46,95%. Sedangkan Bank Mega Syariah, meraup laba Rp 119 miliar. Perolehan anak usaha Bank Mega itu melonjak 203% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Zaenal Fanani, Direktur BSM, menuturkan penopang pertumbuhan laba terutama dari pendapatan margin dan bagi hasil. "Pos pendapatan ini mencapai Rp 2,24 triliun atau naik 24,81% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu," ujarnya.
Kenaikan pendapatan margin dan bagi hasil sejalan dengan penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp 39,93 triliun atau tumbuh 32,85% (yoy). Performa BSM tak terlalu terpengaruh oleh pembatasan bisnis gadai emas dari Bank Indonesia (BI) berlaku beberapa bulan lalu. Maklum, BSM lebih banyak bertumpu pada pembiayaan korporasi dan modal kerja untuk usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM.
Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) BSM meningkat 27,55%, yakni dari Rp 33,96 triliun menjadi sebesar Rp 43,31 triliun pada akhir Juni ini. "Kami berharap, pertumbuhan pada separuh kedua tahun ini akan lebih kencang ketimbang semester satu," kata dia.
Menurut Benny Witjaksono, Direktur Utama Bank Mega Syariah, pendorong pertumbuhan laba ada beberapa faktor. Antara lain, peningkatan pendapatan operasional sebesar 80%, kenaikan bisnis di seluruh lini, mikro, gadai emas, dana talangan haji, maupun joint financing (kendaraan bermotor). "Pada periode yang sama kami juga berhasil menekan biaya dana (cost of fund) dari 6,25% pada Juni 2011 menjadi 5,61% di semester pertama tahun ini,” terang Benny. Efisiensi ini mengerek spread bunga.
Pembiayaan Bank Mega Syariah tumbuh 46%, dari Rp 3,1 triliun menjadi Rp 4,5 triliun pada akhir Juni 2012. DPK meningkat 30% menjadi Rp 5,02 triliun. Komposisi dana murah mencapai 49%, sisanya deposito.
Pada semester mendatang, BSM maupun Bank Mega Syariah akan meningkatkan lagi portofolio pembiayaan ke UMKM. Ini untuk merespons perlambatan di kredit konsumer dan korporasi, terlebih bank sentral akan mengenakan aturan rasio loan to value untuk KPR syariah dan kredit kendaraan. "Di Bank Mega Syariah, pembiayaan mikro mencapai 69% dari total pembiayaan perseroan, disusul oleh joint financing, talangan haji, dan gadai emas," terang Benny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News