Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Duh, dampak perlambatan pertumbuhan pembiayaan industri hingga akhir tahun nanti sepertinya tak terhindarkan. Ujung-ujungnya, perolehan laba industri multifinance bakal tertekan. Pelaku industri multifinance sendiri pasrah. Mereka memprediksi, mengantongi laba sampai akhir tahun ini sekitar Rp 12 triliun.
Itu berarti, lebih rendah atau melorot sekitar 14,2% ketimbang pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp 14 triliun. “Ya, mau bagaimana, sekarang new booking, khususnya untuk pembiayaan alat berat cuma 40% - 50% dari target awal tahun. Laba industri multfinance sampai Juni 2014 berkisar Rp 6 triliun,” ujar Suwandi Wiratno, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan (APPI), Rabu (1/10).
Bahkan, pelaku industri pesimis total penyaluran pembiayaan tahun ini bisa tumbuh 10% sesuai target. Hal ini lantaran, industri multifinance mengalami banyak faktor negatif, seperti perlambatan ekonomi, serta pengetatan likuiditas perbankan yang notabene menjadi sumber dana terbesar, yaitu sebesar 70%.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, sumber dana industri multifinance dari pinjaman dan pasar modal tumbuh 14,97% menjadi sebesar Rp 303 triliun per Juni 2014. Di antaranya Rp 142 triliun atau 47% berasal dari pinjaman di dalam negeri, Rp 109 triliun atau 35% dari pinjaman luar negeri dan Rp 51 triliun atau 18% dari obligasi.
Indra, Kepala Badan Pengawasan Lembaga Pembiayaan Otoritas Jasa Keuangan bilang, pembiayaan konsumen mengalami perlambatan sejak tahun 2013 lantaran aturan uang muka. Selain itu, aktivitas sewa guna usaha juga turun di bawah 10% karena penurunan harga komoditas dan tambang. “Malah, ada penurunan pembiayaan sewa guna usaha mencapai Rp 1 triliun,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News