Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melandainya laju kenaikan suku bunga acuan The Fed telah mengerek saham-saham berbasis teknologi. Fed rate naik 25 basis poin (bps) pada pertemuan Januari, melandai dari Desember yang naik 50 bps.
Indeks Nasdaq di Amerika Serikat (AS) rebound hingga 2% merespon pernyataan The Fed yang menyebut kenaikan suku bunga sudah mulai berdampak pada penurunan inflasi. Proses disinflasi disebut sudah dimulai.
Sejalan dengan Kenaikan Nasdaq, saham-saham bank digital di Tanah Air juga bergerak naik pada perdagangan Kamis (2/2).
Baca Juga: Bursa Saham AS Menguat Merespon Pernyataan The Fed
Mengutip dari RTI, Kamis (2/2), saham Bank Jago Tbk (ARTO) naik 12,85% ke level Rp 3.600. Volume saham Bank Jago yang ditransaksikan di pasar mencapai 50,6 juta dengan frekuensi mencapai 15.077 kali. Nilai transaksi saham Bank Jago menyentuh Rp 176 miliar.
Saham Bank Neo Commerce (BBYB), Allo Bank Indonesia (BBHI) naik 5,5% ke level Rp 1.810, sedangkan saham Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) naik 1,12%.
Sejauh ini saham Bank Jago masih memimpin klasemen bank digital dan untuk pertama kalinya harga saham Bank Jago menyentuh Rp 3.600 per saham pada 2023.
Penguatan harga saham bank digital juga mengekor saham-saham teknologi. Harga saham GOTO naik 9,73% dan disusul oleh BUKA 6,38%.
Bank Indonesia (BI) sudah mulai memberikan sinyal bahwa kenaikan suku bunga 25 bps pada Januari bisa menjadi kenaikan terakhir untuk tahun ini. Ke depan BI diyakini masih akan menahan suku bunga tetap tinggi untuk memastikan inflasi tetap terkendali.
Sejauh ini tren kenaikan suku bunga dikhawatirkan bakal menggerus profitabilitas bank terutama bank digital karena banyak dari para pemain digital bank yang menawarkan suku bunga simpanan yang tinggi.
“Digital bank selama ini memang agresif untuk meraih funding sehingga menawarkan suku bunga yang menarik. Namun ketika suku bunga naik, ini bisa menjadi tantangan sekaligus problem, karena dapat meningkatkan cost of fund dan menekan NIM,” kata Tirta Citradi analis MNC Sekuritas, Kamis (2/2).
Baca Juga: Suku Bunga The Fed Naik Sesuai Ekspektasi, IHSG Ikut Menguat
Tirta melanjutkan, bank-bank yang memiliki struktur pendanaan sehat dengan proporsi dana murah yang tinggi akan lebih diuntungkan dengan kondisi suku bunga tinggi.
Sejauh ini struktur dana murah bank-bank digital memang cenderung beragam. Ada bank digital yang memiliki rasio dana murah di bawah 10% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) seperti pada kasus Allo Bank (BBHI), ada juga bank digital dengan rasio dana murah mencapai lebih dari 50% dari DPK seperti pada kasus Bank Jago (ARTO) apabila mengacu pada laporan keuangan bulanan November 2022.
Dana murah merupakan istilah untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terdiri dari giro dan tabungan. Disebut dana murah karena bunga yang diberikan kepada nasabah jauh lebih rendah daripada bunga deposito.
Dana murah yang kemudian disebut sebgai CASA ini relatif lebih fleksibel untuk ditarik oleh nasabah kapan saja tidak seperti deposito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News