Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Ada ongkos yang mesti dikeluarkan untuk menghasilkan uang. Prinsip ini perlu ketika menyeimbangkan pemangkasan biaya (cost cutting) dan pengumpulan pendapatan (revenue generating). Ini merupakan salah satu kunci mencapai efisiensi di perbankan.
"Tapi, cost cutting itu juga harus ada kunci indeks performa, agar lebih terukur," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman D Hadad, dalam Seminar bertajuk Efisiensi di Sektor Keuangan, Rabu (14/3).
Prinsip tersebut dikutip dari hasil survei internasional tentang efisiensi 52 bank teratas di Eropa. Dari penelitian tersebut, ada empat poin yang bisa dicontoh perbankan dalam negeri.
Pertama, menumbuhkan cost concious culture atau kesadaran akan beban biaya, dalam perusahaan. Ini merupakan budaya para karyawan berusaha untuk mendapatkan harga terbaik pada tawaran dan kontrak.
Kedua, berinvestasi pada teknologi informatika (TI). Muliaman menilai, investasi ini menjadi bagian penting kebijakan operasional perbankan. "Mereka yang investasi TI cukup lama tinggal menikmati hasilnya. Dengan TI bagus, biaya rendah, daya saing tinggi," katanya.
Ketiga, penerapan struktur organisasi perusahaan yang flat. Maksudnya, bank melakukan desentralisasi pengambilan keputusan, namun di sisi lain melakukan sentralisasi atas fungsi-fungsi yang mendukung. Misalnya, penggabungan jaringan ATM, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) bersama, atau pengembangan produk bersama.
"Saya pernah mengusulkan itu kepada Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda). Mungkin bisa juga dilakukan di bank milik pemerintah, apalagi pangsa pasar mereka masih besar, sekitar 42%," kata Muliaman.
Menurut dia, dengan menerapkan prinsip tersebut, kualitas bank akan lebih meningkat. "Kualitas yang lebih bagus akan mendorong efisiensi," kata Muliaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News