Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatatkan pertumbuhan kinerja tahun 2022. Asetnya mencapai Rp 186,75 triliun per akhir tahun lalu (unaudited) atau tumbuh 15,27% dari posisi akhir 2021.
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, aset tersebut terdiri dari Rp 180,47 triliun investasi, kas dan piutang Rp 5,97 triliun, Aset tetap dan aset tidak berwujud 0,22 triliun dan aset lainnya 0,09 triliun.
"Aset investasi seluruhnya adalah SBN, yakni ditempatkan dalam SBN rupiah Rp 178,51 triliun, dan SBN valas Rp 1,8 triliun," kata Purbaya dalam paparan di DPR, Selasa (31/1).
Baca Juga: LPS: Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Melandai pada Akhir Tahun Lalu
Sepanjang 2022, LPS mencatatkan realisasi pendapatan sebesar Rp 27,45 triliun. Itu melampaui target yang ditetapkan LPS dalam anggaran tahun 2022 atau mencapai 102,4%.
Ini terdiri dari pendapatan premi sebesar Rp 15,37 triliun, pendapatan investasi Rp 11,25 triliun, pendapatan pengembalian klaim Rp 54,32 miliar, pendapatan kontribusi peserta Rp 363 juta, pendapatan denda Rp 28 juta, pendapatan lain-lain seperti jasa giro, selisih kurs dan restitusi pajak Rp 762 miliar.
Namun, sebagai catatan, pendapatan premi tersebut masih bersifat sementara. Ia menyebutkan bahwa data final masih menunggu realisasi jumlah simpanan periode Juli- Desember 2022 yang disampaikan bank paling lambat 31 Januari 2023 dengan estimasi realisasi pendapatan premi Rp 15,71 triliun.
Sementara beban keuangan LPS tahun 2022 mencapai Rp 2,2 triliun atau 92,07% dari anggaran yang ditargetkan pada tahun 2022. Anggaran tak terserap seluruhnya karena rendahnya realisasi beban klaim dan penjaminan. Sebab tahun lalu hanya ada satu BPR yang dicabut izin usahanya.
Adapun serapan belanja modal atau capex mencapai Rp 41,76 miliar atau hanya 60,9% dari anggaran. Sebagian besar untuk capex teknologi informasi berupa pengembangan integrated core system (ICS) untuk mendukung optimalisasi penanganan bank.
Anggaran Pendapatan dan Belanja 2023
Tahun ini, LPS menganggarkan pendapatan sebesar Rp 29,78 triliun. Itu meningkat 8,5% dari realisasi pendapatan tahun 2022 yang belum diaudit. Peningkatan pendapatan ini dengan asumsi pendapatan premi dan investasi meningkat.
Pendapatan premi tahun 2023 ditargetkan mencapai Rp 16,92 triliun, pendapatan investasi (kupon dan diskonto SBN) Rp 12,7 triliun, pendapatan pengembalian klaim (recovery dari hasil likuidasi) sebesar Rp 6,7 triliun, pendapatan lain-lain Rp 144,221 juta.
Baca Juga: Regulator Ramal Suku Bunga Simpanan Bank Naik Bertahap pada Tahun Ini
Sementara beban atau belanja operasional dianggarkan Rp 3,8 triliun, naik 7,1% dari 2022.
Purbaya bilang, ini terutama disebabkan kenaikan beban klaim penjaminan dan beban investasi.
Itu terdiri dari beban klaim penjaminan Rp 1,23 triliun, beban resolusi bank Rp 22,07 miliar, beban investasi Rp 1,29 triliun, beban umum dan administrasi Rp 1,23 triliun, serta beban lain-lain Rp 20,18 miliar.
Adapun capex dianggarkan sebesar Rp 73,16 miliar, naik 6,9% dari 2022.
"Ini disebabkan terutama karena kenaikan anggaran aset dalam penyelesaian (ADP)," pungkas Purbaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News