kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Makroekonomi Guncang, Bank CIMB Niaga Turunkan Target Kredit 2008


Jumat, 19 September 2008 / 22:09 WIB
ILUSTRASI. TAJUK - Khomarul Hidayat


Reporter: Nur Hidayat | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Bank CIMB Niaga Tbk akhirnya mengangkat bendera putih. Bank yang Juni 2008 lalu merger dengan PT Bank Lippo Tbk pilih menurunkan target pertumbuhan kredit mereka tahun ini. Sebelumnya manajemen CIMB Niaga mematok target pertumbuhan kredit mereka 19%.

Karena kondisi pasar keuangan memburuk, maka manajemen memutuskan untuk memangkas target pertumbuhan kredit, menjadi tinggal 14%. Meski begitu CIMB Niaga belum melaporkan penurunan target kredit tersebut kepada Bank Indonesia (BI).

"Asumsinya kondisi makro kita sekarang sudah berubah. Jadi, landing kita kurangi menjadi 14-15% dari target landing 19% tahun ini," terang Presiden Direktur CIMB Niaga Hashemi Albakri Jumat (19/9).

Padahal semester I 2008 lalu kredit CIMB Niaga sudah tumbuh 38% menjadi sekitar Rp 49 triliun. Atau sudah bertambah Rp 8 triliun lebih ketimbang kredit per Desember 2007.

Adapun kondisi makro yang menyebabkan penyaluran kredit jadi lambat adalah BI Rate, yang perkiraan semula hanya 7,5% tapi realisasinya saat ini sudah 9,25%. "Belum lagi efek inflasi," tambah Hashemi.

Kenaikan bunga tabungan jelas mengerek biaya dana alias cost of fund. Agar untung bank tidak tergerus, maka bunga kredit juga harus naik. Akibatnya tumbuhan kredit perbankan sangat lambat. "Di lapangan kredit pasti slowdown," jelas Hashemi.

Dampak negatif lainnya muncul dari tingginya tingkat laju inflasi. Kondisi ini telah memangkas daya beli masyarakat sehingga kemampuan mereka untuk menggunakan kredit konsumsi perbankan juga menurun.

Misalnya, pada kredit pemilikan rumah (KPR) CIMB Niaga. Kenaikan suku bunga KPR CIMB Niaga hingga 14% sejak BI rate naik, telah menyebabkan konsumen menunda keinginan mereka untuk punya rumah. "Siapa yang minat meminjam kredit kalau suku bunga kredit saja sudah tinggi," ucap dia. Oleh karena itu, Hashemi berharap, setelah kondisi inflasi membaik, BI harus segera menurunkan suku bunga acuan.

Bank juga sempat mengalami kesulitan likuiditas akibat kebijakan moneter BI yang ketat. Untungnya segera memperbaiki aturan gadai alias repo Surat Utang Negara, sehingga bank lebih mudah mencari likuiditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×