Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keberlanjutan alias sustainability menjadi tema di banyak perusahaan, termasuk industri keuangan. Maka, PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menyelenggarakan Indonesia Re International Conference 2023.
Kegiatan ini membuka ruang diskusi mengenai terciptanya sustainability di industri asuransi dan reasuransi. Ajang ini juga untuk meningkatkan kolaborasi antar lintas ekosistem pelaku industri asuransi dan reasuransi baik lokal maupun global, perbankan, pemerintahan dan ilmuwan.
Indonesia Re telah mengambil langkah-langkah strategis dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi makro dan gejolak politik yang mungkin terjadi.
Benny Waworuntu, Direktur Utama Indonesia Re menjelaskan, tercapaianya tujuan keberlanjutan pada sektor asuransi dapat terjadi jika keberlanjutan tersebut tercermin dalam semua elemen dalam ekosistem industri.
Reasuransi, sebagai pemberi kapasitas tambahan bagi perusahaan asuransi, memainkan peran yang sangat penting dalam hal ini. Dengan
menyediakan platform untuk membahas alternatif solusi dalam menghadapi tantangan bisnis di masa depan di industri perasuransian, Indonesia Re berupaya berkontribusi dalam membantu sektor perasuransian untuk membentuk kerangka keberlanjutan bagi perusahaan asuransi.
"Tujuan acara ini untuk meningkatkan kesadaran sektor reasuransi dalam menghadapi tantangan ekonomi global dan nasional,” ujar Benny, dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (4/7).
Baca Juga: Indonesia Re Gelar IIC 2023 untuk Dorong Sustainability Perasuransian
Rabin Indrajad Hattari, Sekretaris Kementerian BUMN menyatakan, perusahaan reasuransi, termasuk milik negara, bukan hanya entitas bisnis, tetapi juga representasi dari janji Pemerintah Indonesia dalam memberikan keamanan dan inklusi keuangan kepada seluruh warga negara. Mereka
menjadi pilar kekuatan dan ketahanan dalam fondasi ekonomi Indonesia.
Namun, tantangan seperti kurangnya kapasitas penjamin emisi, penipuan, transformasi yang sulit, perubahan iklim, dan jumlah penduduk yang belum diasuransikan secara memadai, menjadi halangan yang harus dihadapi.
Kementerian BUMN berupaya mengatasi tantangan ini dan memperluas jangkauan asuransi serta perlindungan finansial bagi masyarakat dengan beberapa langkah strategis.
Pertama, mewajibkan penilaian risiko keuntungan dan underwriting sebagai bagian dari manajemen risiko perusahaan asuransi dan reasuransi untuk menghindari kerugian yang dapat mengancam kelangsungan hidup mereka.
Kedua, mendorong pemanfaatan inovasi digital guna meningkatkan efisiensi operasional dan kualitas layanan perusahaan asuransi dan reasuransi, serta membuat produk mereka lebih mudah diakses dan ramah terhadap pelanggan.
Ketiga, menekankan pentingnya mengintegrasikan risiko iklim ke dalam penilaian risiko dan strategi pengembangan produk perusahaan asuransi dan reasuransi. Sehingga dapat memberikan perlindungan yang diperlukan dan berkontribusi pada ketahanan iklim negara.
Kepatuhan terhadap peraturan, transparansi dalam perilaku risiko, dan manajemen risiko yang kuat menjadi dasar dalam menjaga keberlanjutan industri asuransi dan reasuransi.
"Hal ini bukan hanya tentang kelangsungan sektor tersebut, juga tentang perlindungan dan pemberdayaan warga negara Indonesia, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan membangun Indonesia yang lebih kuat dan tangguh," papar Rabin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News