Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS) tidak akan berdampak langsung ke perbankan Indonesia.
Optimisme semacam itu sejalan dengan penilaian OJK tentang stabilitas sektor perbankan yang masih terjaga.
Namun efek domino kejatuhan bank di Amerika Serikat (AS) tetap harus diwaspadai perbankan, terutama bank digital dan bank berskala kecil menengah
"Bank pada dua kategori ini rentan terkena dampak karena kurangnya kepercayaan masyarakat jika dibanding dengan bank besar," ujar Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbakan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan, Rabu (15/3).
Baca Juga: SVB Bangkrut, Kaesang Pangarep Hati-Hati Melirik Saham Digital dan E-commerce
Dia mengakui kesehatan bank digital dan bank berskala kecil saat ini terjaga, sejalan dengan aturan terkait permodalan yang ketat.
Namun tetap saja, bank di kelompok ini harus mengantisipasi agar tidak terjerembab seperti SVB.
Satu caranya adalah memperkuat permodalan.
Di sisi lain, Trioksa menyatakan, regulator perlu meningkatkan pengawasan atas bisnis bank yang dinilai rentan.
Pengamat dan Guru Besar Universitas Indonesia (UI), Budi Frensidy menambahkan, kesehatan bank digital semakin baik seiring langkah efisiensi.
Baca Juga: Saham Credit Suisse Terjun Setelah Pemegang Saham Tidak Akan Suntik Dana, Pasar Goyah
Menurut dia, dampak kejatuhan SVB ke bank digital terbatas pada pergerakan saham.
Kegagalan SVB yang tergolong bank teknologi, akan memicu sentimen negatif bagi saham-saham bank digital di Bursa Efek Indonesia.
Untuk mengantisipasi kasus SVB tidak kejadian di Indonesia, Budi menilai bank digital harus mendorong efisiensi, dan perlu melakukan penguatan modal.
Caranya, bisa dengan mengundang investor strategis atau rights issue.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News