kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Menyambut 2025, Perbankan Atur Strategi Jitu Hadapi Berbagai Tantangan Global


Rabu, 25 Desember 2024 / 12:20 WIB
Menyambut 2025, Perbankan Atur Strategi Jitu Hadapi Berbagai Tantangan Global
ILUSTRASI. Ketidakpastian global menjadi salah satu ancaman yang membayangi industri perbankan pada tahun 2025. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergantian tahun tinggal menghitung hari. Artinya, berbagai strategi mulai disiapkan oleh para bankir untuk menghadapi segala tantangan yang tak kalah beratnya dibandingkan tahun 2024. 

Adapun, ketidakpastian global menjadi salah satu yang membayangi industri perbankan. Terlebih, semenjak Donald Trump bakal kembali memimpin Amerika Serikat (AS) mulai tahun depan.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (BNI) Royke Tumilaar mengatakan, gaya kepemimpinan Trump tentu menjadi perhatian. Sebab, ia melihat Trump selalu mementingkan kepentingan AS terlebih dahulu sehingga proteksinya akan semakin kuat.

Baca Juga: Sejumlah Bank KBMI 3 Siapkan Jurus Hadapi Tantangan Ekonomi Global 2025

Akibatnya, isu perang dagang AS dengan China kembali menguat. Padahal, saat ini ekonomi di China juga tidak lagi baik-baik saja.

“China kan ekonominya sedang slow down. Jadi, dinamika inilah yang benar-benar perlu diperhatikan,” ujar Royke, belum lama ini.

Lebih lanjut, kondisi suku bunga AS pun juga menjadi tidak pasti pasca terpilihnya Trump sebagai presiden. Bukan tidak mungkin, suku bunga AS akan kembali meningkat di 2024.

Adapun, penyebabnya adalah inflasi yang berpotensi naik tinggi. Sehingga, suku bunga AS tidak akan turun secepat apa yang diperkirakan sebelumnya.

Untuk kondisi domestik, Royke menyampaikan ada optimisme yang muncul dengan pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto. Di mana, program-program pemerintah mendorong cita-cita pertumbuhan ekonomi hingga 8%.

Ambil contoh, adanya program tiga juta rumah yang dicanangkan oleh pemerintahan baru ini. Di mana, ia melihat itu akan memiliki dampak domino yang positif di sektor properti dan segala turunannya.

“Setidaknya kita yakin bahwa pemerintah sekarang pro growth, arah ke growth. Itu dulu positifnya,” ujarnya.

Namun, ia menegaskan bahwa perlu ada keseimbangan antara kebijakan fiskal dan moneter. 

Baca Juga: Uang Beredar (M2) Tumbuh jadi Rp 9.175 Triliun pada November 2024

Ia bilang perlu adanya kebijakan agar menjaga uang tetap masuk, seperti menerbitkan surat utang.

Hanya saja, sekarang realisasinya uang banyak masuk ke Bank Indonesia. Alhasil, perbankan tetap perlu menawarkan suku bunga tinggi untuk menjaga likuiditas.

Liquidity issue jadi isu berat. Tapi pertumbuhannya kita setting cukup agresif gitu untuk ke depan,” ujar Royke.

Dengan kondisi tersebut, Royke pun menargetkan untuk kredit di tahun depan bisa ada di kisaran 12% hingga 13%. Namun, itu akan tergantung dengan posisi likuiditas yang memang diperlukan untuk ekspansi kredit.

“Tapi kalau likuiditasnya terjebak dengan kondisi sekarang ini, ya tidak semudah itu juga untuk tumbuh sampai belasan persen,” ujar Royke.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengungkapkan pasar perbankan tanah air masih akan berkutat pada kondisi suku bunga tinggi. Meskipun, pada September lalu Bank Indonesia (BI) sempat menurunkan suku bunga acuannya 25 basis poin (bps).

“Walaupun sudah mulai ada penurunan suku bunga benchmark, tapi secara efektif bunga di pasar ini masih belum turun,” ujarnya pada Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025, belum lama ini.

Meski demikian, di 2025 hingga lima tahun mendatang, Darmawan menyampaikan bahwa pihaknya telah memiliki peta jalan untuk mendukung cita-cita pertumbuhan ekonomi hingga 8%. Terlebih, dengan memetakan sektor-sektor korporasi di tiap-tiap wilayah.

Setidaknya, Darmawan bilang ada tujuh top sektor yang bisa menjadi new economy bagi Indonesia. Ketujuh sektor tersebut, antara lain hilirisasi tambang, energi, perdagangan, pertanian, manufaktur, pariwisata, dan kesehatan.

“Ini juga jadi peluang apabila bisa kita teruskan dorongan intermediasi terhadap dana masyarakat untuk pembiayaan secara banking loan akan mendorong PDB berbagai kawasan di Indonesia,” tambah Darmawan.

Sebagai informasi, kredit Bank Mandiri di tujuh sektor tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan industri. Contohnya, sektor pertambangan di Bank Mandiri yang tumbuh 41% sedangkan industri hanya tumbuh 26% per September 2024.

“Proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai 8% itu sangat mungkin tapi ya memang kita harus kerja keras,” tandasnya.

Selanjutnya: Miris! Tikus Serbu Old Trafford, Reputasi Kebersihan Kandang Setan Merah Tercoreng

Menarik Dibaca: Jus Tomat dan 6 Jus Bikin Kulit Glowing dari Dalam, Tertarik Coba?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×