Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
Sedangkan Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini telah mengidentifikasi awal dan melakukan simulasi dampak dari kebijakan GWM ini. Hasilnya, kenaikan GWM tidak akan terlalu berdampak bagi kinerja BNI di 2022.
“Saat ini, likuiditas BNI masih berlimpah sebab LDR BNI di 2021 capai 79,7%. Level ini, cukup untuk ekspansi bisnis di 2022. Memang ada dampak pengalihan likuiditas yang sebelumnya di surat berharga ke GWM, tapi dampaknya tidak akan besar bagi profitabilitas BNI,” tuturnya.
BNI menyatakan kredit akan tumbuh lebih agresif di kisaran 7% hingga 10% yoy sepanjang tahun ini. Strateginya dengan banyak mengubah proses bisnis secara digital dan memperkuat manajemen risiko.
Seiya sekata, Direktur Keuangan & Strategi Bank Syariah Indonesia (BSI) Ade Cahyo Nugroho menyatakan memiliki likuiditas yang berlimpah saat ini. Tercermin dari rasio financing to deposit ratio (FDR) di level 74% di 2021. “Ke depan, strategi besarnya pembiayaan lebih agresif tapi prudent, dengan dana lebih sehat dengan fokus ke dana murah. Sehingga pertumbuhan profitabilitas baik,” paparnya.
BSI membidik pertumbuhan DPK naik 8% yoy pada tahun ini. Sedangkan pembiayaan syariah akan dikejar naik 7% sampai dengan 7,5% di sepanjang 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News