Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah bank digital semakin meningkat dan beberapa bahkan sudah berhasil keluar dari kerugian. Namun, performa saham mereka tidak seiring sejalan. Sepanjang tahun ini justru telah anjlok cukup dalam.
PT Bank Jago Tbk (ARTO) misalnya sudah mengantongi laba bersih Rp 41 miliar pada sembilan bulan pertama tahun ini. PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) telah meraup laba bersih di kuartal III sebesar Rp 11 miliar walaupun selama sembilan bulan pertama tahun ini masih merugi Rp 596 miliar.
Adapun PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) membukukan laba bersih Rp 209 miliar per September 2022 dan PT Bank Raya Indonesia (AGRO) meraup untung Rp 32,47 miliar.
Allo Bank tahun ini terus berupaya mengakuisisi nasabah, meningkatkan layanan dan kolaborasi yang dimulai dengan CT Group untuk ke depan bisa terus membukukan laba ke depannya.
Baca Juga: Menerapkan GCG, Bank Mandiri Taspen Bukukan Rekor Laba Rp 1,1 Triliun
Indra Utoyo, Direktur Utama Allo Bank mengatakan, jumlah pengguna Allo Bank per November 2022 telah mencapai 4,2 juta dan sampai ujung 2022 ditargetkan akan mencapai 5 juta.
"Adapun pada Mei tahun depan saat usia bank 1 tahun, pengguna ditargetkan mencapai 10 juta dan pada akhir 2023 bisa tembus 15 juta," katanya pada KONTAN baru-baru ini.
Berdasarkan data RTI, saham ARTO ditutup ditutup naik 1,3% pada perdagangan Rabu (21/12) ke level Rp 3.680 tetapi sepanjang tahun ini telah anjlok 77%. BBHI ditutup naik 0,8% ke level Rp 1.790 namun setahun ini sudah merosot 54,8%.
Saham BBYB ditutup koreksi 6% ke level Rp 625 dan sepanjang tahun ini sudah terjun 74,5%. Saham AGRO ditutup naik 2,2% ke level Rp 454 dan sepanjang tahun ini merosot 74,9%.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, memperkirakan tekanan pada saham bank digital belum akan berhenti selama tekanan kenaikan tingkat suku bunga masih terjadi.
Tekanan yang terjadi ini menurutnya juga dipengaruhi oleh sentimen global. Dia memperkirakan potensi kenaikan harga saham bank digital ke depan akan tergantung pada kepastian The Fed untuk melonggarkan kenaikan suku bunganya.
"Baru-baru ini, Gubernur The Fed telah memberikan sinyal untuk menurunkan laju kenaikan dan tahun depan kenaikannya hanya berpotensi sampai ke level 5%-5,5%. Kepastian ini akan menjadi sentimen positif bagi saham bank digital." kata Nico pada KONTAN, Rabu (21/12).
Terlepas dari tekanan yang ada, Nico memandang saham ARTO, AGRO, BBHI masih terlihat seksi karena ketiganya memiliki ekosistem digital yang kuat. Prospeknya ke depan dinilai masih menarik.
Founder & CEO Emtrade Ellen May dalam paparan virtualnya baru-baru ini menyebut bahwa saham bank digital belum menarik. Dia perkirakan saham sektor ini masih akan mengalami tekanan di tengah tren kenaikan suku bunga. Dari bank digital bank, Emtrade lebih fokus memperhatikan saham BBYB.
Baca Juga: Kredit Korporasi Diramal Tumbuh pada 2023, Tapi Melambat di Awal Tahun
"Bank ini kami perhatikan lebih menarik dari jajaran bank digital karena NIM-nya lebih tinggi," ujarnya.
Sementara Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai saham-saham bank digital masih tetap mahal meskipun sudah turun tajam. Sehingga potensi untuk kembali naik juga masih berat.
"ARTO, BANK, AGRO, BBYB, dan BBHI masih mahal dengan price to book value (PBV) 9,8x, 6,2x, 4,7x, 3,3x, dan 6,2x. Itu masih jauh di atas PBV bank-bank besar berkapitalisasi besar," kata Budi.
Saham yang berpotensi naik tahun depan menurutnya hanya yang sudah mendekati harga wajar dan disertai dengan peningkatan perolehan laba bersih.
Founder HungryStock Community Lukas Setia Atmaja menilai saham-saham bank digital tidak menarik. Menurutnya, valuasinya sudah terlalu tinggi. Meskipun saat ini harga sahamnya kompak mengalami penurunan tajam namun valuasinya dinilai masih tetap ketinggian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News