Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investasi di Indonesia terlihat mulai menggeliat. Hal ini terlihat dari permintaan kredit investasi yang menanjak. Berdasarkan data Bank Indonesia per April 2024 kredit investasi mencapai Rp 1.921,8 triliun atau meningkat 14,6% secara month to month (MoM) dari bulan sebelumnya di 14% atau sebesar Rp 1.912,2 triliun.
Otoritas Jasa Keuangan juga menyatakan, secara tahunan, kredit melanjutkan pertumbuhan double digit yakni sebesar 13,09% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp7.310,7 triliun.
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 15,69% yoy.
Baca Juga: Saham Emiten Perbankan Tertekan, Cermati Pemicunya
Peningkatan kredit investasi juga dicatatkan oleh sejumlah perbankan. Seperti PT Bank Central Asia (BCA) yang Per Maret 2024, kredit investasinya naik 25,8% YoY menjadi Rp277,7 triliun.
Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn menyebut, kontributor terbesar pertumbuhan kredit investasi berasal dari sektor pertambangan non-migas dan jasa keuangan.
"Kami masih melihat tren pertumbuhan yang positif untuk kredit investasi hingga saat ini. BCA optimistis dapat menjaga pertumbuhan kredit berkualitas secara berkelanjutan, seiring terjaganya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia," ucap Hera kepada Kontan.co.id, Rabu (12/6).
BCA berkomitmen mendukung pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran kredit ke berbagai sektor. Selain itu, BCA juga senantiasa mengamati dinamika yang terjadi di pasar. Pihaknya berharap total kredit BCA akan tumbuh di kisaran 9%-10% di tahun ini.
Setali tiga uang, Yuddy Renaldi, Direktur Utama bank bjb melihat fenomena yang sama, dimana kredit investasi sampai dengan April kemarin tumbuh 34% secara tahunan. Adapun segmen komersial dan korporasi menjadi kontributor terbesar dari pertumbuhan tersebut.
"Meski dari angka optimisme terhadap perekonomian sudah mulai terlihat, namun kehati-hatian tetap harus kami jaga, karena kondisi geopolitik yang sulit ditebak," katanya.
Secara umum pihaknya melihat pertumbuhan kredit akan positif sampai dengan akhir tahun. Ia pun berharap kondisi perekonomian dan geopolitik yang ada mendukung momentum pertumbuhan ini secara positif.
"Dalam menjaga prtumbuhan kredit investasi kami akan selektif dan memupuk cadangan yang memadai juga diperlukan untuk memitigasi risiko yang ada," tambahnya.
Baca Juga: Kinerja Lesu, Saham Emiten Perbankan dalam Tren Penurunan
Adapun Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, pendorong peningkatan kredit investasi yakni adanya belanja pemerintah dan mulai bergairahnya perekonomian kendati belum sepenuhnya.
"Adapun di kuartal kedua dirasa belum tentu akan berjalan sama dengan kuartal I , karena tekanan dari geopolitik membuat perbankan masih wait and see khususnya terkait dengan pergerakan suku bunga itu sendiri," kata Trioksa.
Tapi menurutnya, dengan adanya belanja dari pemerintah, dan ekonomi yang mulai bergairah tentu ini dapat meningkatkan kredit investasi.
Lebih lanjut Trioksa mengatakan, dalam menggenjot kredit investasi pemerintah mungkin bisa mengaktifkan kembali porsi belanja pemerintah dan mendorong sektor-sektor produktif untuk kembali bergairah.
Adapun dari sisi bank, adalah bagaimana untuk mencari dan membiayai proyek-proyek strategis dan juga yang berkualitas baik, dan aman disamping bank perlu melakukan efisiensi. Sehingga dapat menekan suku bunga dan tidak memberatkan bagi debitur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News