Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melemahnya nilai tukar rupiah hingga menembus Rp16.580 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2 Maret 2025 menyebabkan lonjakan transaksi jual beli valuta asing (valas) di perbankan.
Bank-bank di Indonesia mencatat peningkatan signifikan dalam perdagangan mata uang asing, terutama dolar AS.
Transaksi jual dan beli valas sama-sama mengalami kenaikan, dengan peningkatan tertinggi pada transaksi jual dolar AS. Sementara itu, transaksi beli meningkat seiring kebutuhan bisnis. Bank Danamon Indonesia menjadi salah satu bank yang mencatat lonjakan transaksi valas.
Baca Juga: Tengok Kurs Dollar-Rupiah Bank Mandiri pada Rabu (26/2) dan Panduan Tukar Valas
Ivan Jaya, Consumer Funding & Wealth Business Head Bank Danamon, mengungkapkan bahwa peningkatan transaksi mulai terasa sejak minggu kedua Januari 2025, setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan.
“Penjualan dolar AS meningkat sekitar 15% dibanding awal Januari sebelum BI rate turun,” ujar Ivan pada Jumat (28/2).
Selain dolar AS, transaksi pembelian yen juga mengalami kenaikan seiring ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Jepang.
Ivan menambahkan bahwa transaksi valas tidak hanya dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar, tetapi juga kebutuhan nasabah yang beragam, seperti biaya pendidikan di luar negeri, perjalanan, pembayaran utang, dan investasi.
Baca Juga: Intip Kurs Dollar-Rupiah di Bank Mandiri pada (12/2), Nasabah Valas Wajib Merapat
Fenomena serupa terjadi di Bank Jatim. Direktur Keuangan, Treasury, & Global Service Bank Jatim, Edi Masrianto, menyebutkan bahwa total transaksi dolar AS per Desember 2024 naik 48,43% secara tahunan.
Transaksi jual meningkat signifikan hingga 160% dibanding posisi September 2024, sedangkan transaksi beli naik 37%.
Menurut Edi, kenaikan transaksi jual dipicu oleh nasabah yang ingin mengambil keuntungan dari pelemahan rupiah, terutama pekerja migran. Selain itu, ekosistem eksportir dan importir yang dibangun Bank Jatim turut mendorong peningkatan transaksi valas.
Sementara itu, EVP Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn, mengonfirmasi bahwa transaksi valas di BCA juga mengalami kenaikan hingga akhir 2024, meskipun ia tidak merinci besaran kenaikan tersebut.
Baca Juga: Intip Cara Penukaran Valas dan Kurs Dollar-Rupiah di Bank Mandiri pada Selasa (18/2)
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana, menilai bahwa lonjakan transaksi valas di perbankan juga dipengaruhi oleh implementasi devisa hasil ekspor (DHE) dari sektor sumber daya alam.
“Kemungkinan faktor DHE membuat para eksportir memindahkan sebagian dana mereka ke dolar AS. Sementara itu, investor ritel lebih banyak menjual dolar, sehingga ada kemungkinan mereka melakukan profit taking saat ini,” ujar Fikri.
Selanjutnya: Pembeli dari China Menolak Patokan Harga Batubara Versi Pemerintah Indonesia
Menarik Dibaca: Promo Superindo Weekday 3-6 Maret 2025, Sirup ABC Beli 4 Jadi Rp 10.000 per Botol
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News