kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

OJK: Dampak BBM ke perbankan hanya 6 bulan


Selasa, 18 November 2014 / 15:36 WIB
OJK: Dampak BBM ke perbankan hanya 6 bulan
ILUSTRASI. Promo AW Restoran paket Weekend Deals edisi 1-4 Juni 2023 tawarkan ayam Lava Chicken pedas manis


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D. Hadad mengungkapkan bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak berpengaruh banyak terhadap industri perbankan. Menurutnya, kenaikan harga BBM bersubsidi ini telah diantisipasi sejak lama oleh para pelaku usaha.

Muliaman tak memungkiri, kenaikan harga BBM bersubsidi ini akan mengerek laju kenaikan inflasi. Namun hal ini sifatnya hanya sementara.

"Tekanan terhadap inflasi hanya temporary dan akan turun lagi di bulan ke-tiga. Mudah-mudahan industri perbankan maupun pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mempunyai fondasi yang lebih kuat dan bisa menata kembali daya saing Indonesia," kata Muliaman saat ditemui seusai seminar Risk and Government Summit 2014 di Jakarta, Selasa (18/11).

Muliaman bilang, kenaikan harga BBM bersubsidi ini memang berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi, termasuk kredit kendaraan bermotor. Permintaan pembiayaan kendaraan bermotor sedikit banyak akan menurun akibat kenaikan harga BBM.

Meski begitu Muliaman bilang bahwa dampak tersebut juga hanya bersifat sementara, yaitu selama tiga sampai empat bulan setelah penetapan kenaikan harga BBM bersubsidi. Pengaruh ini akan kembali normal setidaknya pada enam bulan ke depan.

"Penurunan tidak akan signifikan, karena kenaikan harga BBM bersubsidi ini dilaksanakan untuk meningkatkan confidence. Dampak akan ada, tapi pertumbuhan ekonomi Indonesia malah di prediksi lebih baik tahun depan," ujarnya.

Selain itu, Muliaman juga menuturkan bahwa pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap peningkatan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) juga hanya bersifat musiman. Ini karena, perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh pada perlambatan pertumbuhan kredit, sedikit banyak berpengaruh terhadap peningkatan NPL.

"Selama ini memang ada peningkatan pada angka NPL. Tapi itu nanti dengan sendirinya, jika pertumbuhan kredit naik, maka NPL turun dengan sendirinya," jelas Muliaman. 

Selain itu, Muliaman mengungkapkan bahwa likuiditas tahun depan akan lebih longgar dibandingkan tahun ini. Meski masih terdapat tekanan pengetatan likuiditas, namun hal ini tidak seketat awal tahun 2014 saat tingkat suku bunga acuan alias BI rate merangsek naik.

"Tekanan pasti ada, tapi tidak seserius seperti kemarin-kemarin. Kami harap tekanannya melonggar tahun depan. Kami sudah lakukan stress test dengan beberapa skenario ekstrem. Kondisi industri perbankan kuat, tetapi tentu saja vulnerable itu bisa datang dari satu per satu perusahaan, yang tiba-tiba lupa mengantisipasi risiko. Itu lebih ke satu kasus saja. Secara sistem, masih kuat," ungkap Muliaman. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×