Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong industri perbankan untuk menyalurkan pembiayaan kepada proyek-proyek yang ramah lingkungan.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad mengungkapkan, penyaluran kredit kepada proyek yang ramah lingkungan ini nantinya akan sangat mempengaruhi tes kredit yang akan dilakukan oleh perbankan.
Sebab, jika industri perbankan menyalurkan pembiayaan kredit kepada proyek-proyek yang merusak lingkungan, maka tak tertutup kemungkinan, akan terjadi kredit macet.
Mata rantainya, perusahaan yang tidak ramah lingkungan meminta kredit dari bank. Jika perusahaan tersebut terkena sanksi lantaran melanggar aturan karena merusak lingkungan, pada akhirnya perusahaan tersebut tidak bisa membayar kredit kepada bank.
"Perbankan harus hati-hati dalam menyalurkan kreditnya. Saya pikir, hal ini akan sangat mempengaruhi tes kredit dari bank. Oleh karena itu, bank wajib menganalisa amdal (analisis dampak lingkungan) dari suatu perusahaan," kata Muliaman di sela-sela seminar Greening Finance to Support Sustainable Development di Jakarta, Selasa (17/2).
Untuk itu, OJK telah bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dalam hal pertukaran informasi dan penyusunan basis data.
Muliaman bilang, selama ini pembiayaan sektor ramah lingkungan alias green banking dan green financing yang dilakukan oleh industri perbankan, masih sangat kecil. Padahal, sektor green banking dan green financing ini memiliki potensi bisnis yang sangat besar.
"Potensi green financing di Indonesia sangat besar. Saat ini mungkin masih di bawah 5%,” ucapnya. Padahal, pembiayaan seperti pembangkit listrik hydro, pengelolaan sampah, itu sangat profitable.
Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perbankan I OJK, Mulya E. Siregar menambahkan, kedepan OJK akan memberikan insentif bagi perbankan yang menyalurkan pembiayaan di sektor green financing. "Baru pemikiran untuk insentif. Misalnya bank dengan portofolio green financing berapa persen yang sustain, akan kami berikan award. Dengan pembiayaan yang berkelanjutan, tentu nanti bobot risiko penilaiannya menjadi lebih kecil, sehingga bank lebih semangat untuk pembiayaan green banking," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News