kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.481.000   3.000   0,20%
  • USD/IDR 15.703   21,00   0,13%
  • IDX 7.557   53,01   0,71%
  • KOMPAS100 1.175   9,66   0,83%
  • LQ45 939   11,90   1,28%
  • ISSI 227   0,10   0,04%
  • IDX30 484   6,37   1,33%
  • IDXHIDIV20 584   9,51   1,66%
  • IDX80 134   1,12   0,85%
  • IDXV30 142   -0,56   -0,39%
  • IDXQ30 162   1,94   1,21%

OJK Tegur Bank Digital yang Sering Goreng Saham, Bisa Bikin Investor Kejeblos


Jumat, 17 Desember 2021 / 01:23 WIB
OJK Tegur Bank Digital yang Sering Goreng Saham, Bisa Bikin Investor Kejeblos
ILUSTRASI. Layar menampilkan pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (14/12/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank digital menyedot perhatian banyak pihak. Banyak investor asing dan lokal kepincut bisnis ini. 

Di sisi lain, para pemain di bisnis bank digital harus memiliki ekosisitrem yang kuat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini bank-bank yang tidak punya ekosistem dan masuk ke area digitalisasi tidak akan bertahan lama. 

Daya saingnya akan terbatas karena setiap investasinya juga akan terbatas Sehingga pada akhirnya bank tersebut tidak akan bisa melakukan kompetisi bisnis dengan pihak lain.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK, Slamet Edy Purnomo menyatakan, bank-bank yang tidak punya ekosistem ini dikhawatirkan hanya akan memainkan isu bank digital saja dan pada akhirnya bisa bisa merusak pasar. Lalu  menimbulkan kekecewaan pada masyarakat yang sudah membeli sahamnya.

"OJK akan tetap ikut menjaga, jangan sampai saham mereka hanya dibakar-bakar saja, ikut digoreng  dengan masalah isu dengan rumor di belakangnya ada investor ini investor itu padahal faktanya tidak. Itu sudah sering terjadi dan kita tegur," ujar Slamet, Selasa (14/12)..

Pakar keuangan dan pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy sependapat dengan OJK. Budi konsisten  tak memandang nilai valuasi bank digital. “Yang ada grup besar di belakangnya seperti BCA, Astra, BRI mestinya oke. Berikutnya mungkin grup Emtek dan lainnya,” ujar Budi.

Ia menilai, sangat penting bagi bank digital memiliki ekosistem memadai.  "Bank digital yang bisa jalan ialah yang punya ekosistem. Sedangkan yang  lain, cuma ikut-ikutan supaya dapat valuasi yang tinggi alias ikut gorengan,” jelasnya.

Budi benar. Nu Bank dan Kakaobank, dua role model bank digital berangkat dari ekosistem yang kuat, loyal dan milik sendiri.  Nu Bank acap disebut-sebut bank digital Indonesia karena salah satu investor Nu Bank juga berinvestasi di Indonesia.

Tapi sayang, langkah Nu Bank belum diikuti bank digital Indonesia. Nu Bank  membangun sendiri credit score nasabah. Sehingga bisa memberikan bunga kredit lebih murah dengan tetap menjaga risiko. 

Sedangkan Kakaobank awalnya aplikasi percakapan yang amat populer di Korea Selatan, Kakaotalk. Selama tujuh tahun Kakaotalk berhasil menjaring pengguna yang loyal. Kini 90% penduduk Korea Selatan adalah pengguna Kakaotalk. Setelah solid, barulah mendirikan Kakaobank. 

Dengan mengacu Nu Bank dan Kakaobank, sebetulnya bank digital bisa memaksimalkan teknologi yang mereka miliki.  Boleh-boleh saja sekarang menggandeng fintech atau multifinance.

Tapi jangan keasyikan mendongkrak valuasi. Ke depan jangan lupa memperluas inklusi keuangan seperti Nu Bank yang membikin credit score, dan memberikan bunga murah. Sehingga mendorong ekonomi neger

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×