kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Opex Perbankan Meningkat, Terdorong Kenaikan Beban Pegawai


Selasa, 14 Februari 2023 / 22:09 WIB
Opex Perbankan Meningkat, Terdorong Kenaikan Beban Pegawai
ILUSTRASI. Pelayanan Nasabah di sebuah bank milik pemerintah di Jakarta, Selasa (27/12/2022). KONTAN/Baihaki/27/12/2022


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Biaya karyawan masih menjadi komponen utama dalam operational expense (opex) perbankan di Tanah Air.

PT Bank Negara Indonesia atau BNI misalnya mencatatkan operational expense (opex) sebesar Rp 27,05 triliun pada 2022, naik 9,1% secara YoY. Biaya tenaga kerja menyumbang Rp 12,45 triliun atau 46% dari total opex. Elemen ini naik 11,3% dari Rp 11,19 triliun pada 2021.

Direktur Network and Services BNI Ronny Venir mengatakan, peningkatan tersebut sejalan dengan pandemi covid-19 yang terus menurun sehingga program-program SDM yang direncanakan dapat berjalan secara normal kembali, selain itu peningkatan kesejahteraan pegawai turut mendorong pertumbuhan bisnis BNI sehingga mampu melebihi target yang ditetapkan perusahaan di awal 2022. 

"Seiring dengan strategi perusahaan melalui corporate transformation yang sedang dijalankan, dibutuhkan pemenuhan SDM Digital yang cukup dan cakap, baik yang dikembangkan secara internal maupun yang direkrut dari talenta terbaik yang ada di market agar proporsi SDM Digital di dalam perusahaan pun semakin berkembang," ujar Ronny kepada kontan.co.id, Selasa (14/2).

Baca Juga: Bank Bakal Tetap Pertebal Pencadangan pada Tahun 2023, Ini Alasannya

Di sisi lian, upskilling pegawai di bidang IT dan bisnis digital terus dilakukan melalui berbagai macam program, bekerjasama dengan lembaga yang expert di bidangnya seperti Universitas maupun lembaga ternama lainnya baik dalam dan luar negeri, serta bekerjasama dengan Kementerian BUMN dalam program Making Digital Talents yang juga didukung oleh Forum Digital Indonesia (Fordigi).

Ke depan, BNI akan fokus pada pengembangan infrastruktur teknologi serta inovasi digital melalui data driven berbasis analytics, customer experience, dan perluasan partnership. Inovasi digitalisasi tersebut dipercaya akan mampu menciptakan pencapaian kinerja bisnis dan efisiensi yang lebih optimal di tahun 2023.

Sementara PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatatkan opex sebesar Rp 31,85 triliun pada tahun 2022 lalu, naik 8,2% secara YoY. Dengan biaya tenaga kerja mencapai Rp 13,65 triliun atau naik tipis 1,2% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 13,48 triliun.

"BCA mencermati bahwa pelayanan oleh karyawan dan digitalisasi harus berjalan dengan beriringan, dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan nasabah yang beragam. BCA juga berkomitmen untuk meningkatkan kapabilitas SDM dalam era digitalisasi layanan perbankan," ungkap EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn.

Sebagai informasi, BCA secara konsisten mengusung konsep hybrid banking untuk senantiasa melayani nasabah yang bertumbuh, baik di ekosistem online maupun offline.

Ke depannya, BCA akan terus memperkuat ekosistem finansial, serta menyempurnakan dan memodernisasi infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki, dalam rangka menjaga efisiensi dalam kegiatan operasional sekaligus memberikan layanan yang terbaik bagi seluruh nasabah.

Adapun PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatat opex hingga akhir Desember 2022 tercatat naik 3,4% YoY atau mencapai Rp 56,6 triliun. Dengan beban biaya SDM menyusut 2,2% menjadi Rp 29,31 triliun dari tahun 2021 yang mencapai Rp 29,61 triliun.

Namun demikian, meskipun opex BRI naik, BRI berhasil melakukan efisiensi. Keberhasilan efisiensi juga tercermin dari rasio BOPO, CER dan CIR yang membaik dibandingkan periode sama tahun lalu. BOPO tercatat 69,10%, semakin baik dibandingkan BOPO pada akhir 2021 sebesar 78,54%.

Rasio Cost Efficiency Ratio (CER) juga tercatat semakin membaik dari 50,25% di akhir 2021 menjadi 48,16% di akhir 2022 dan Cost to Income Ratio (CIR) semula 48,56% menjadi 47,38%, yang artinya semakin efisien.

Baca Juga: Mengurai Teka-Teki Bank Merger yang Masih Misteri Hingga Kini

Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, salah satu komponen biaya overhead yang menjadi tantangan BRI adalah dari sisi karyawan. 

Sebagai BUMN yang mengusung economic value dan social value, BRI berkomitmen memperluas akses keuangan kepada masyarakat di seluruh pelosok Indonesia. Hal ini tentu membutuhkan biaya operasional yang tinggi karena butuh SDM yang banyak dan jaringan luas. 

"Untuk mengefisienkan biaya operasional itu, digitalisasi bisnis proses kami lakukan. Hal ini akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta mempercepat akses perbankan kepada masyarakat," jelas Aestika. 

Ia bilang, digitalisasi terbukti memberikan dampak positif terhadap efisiensi perseroan, dimana tercatat BOPO BRI (bank only) di akhir tahun 2022 sebesar 69,10%, turun dibandingkan dengan periode sama tahun 2021 yakni sebesar 78,54%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×