Reporter: Anaya Noora Pitaningtyas |
JAKARTA. Bencana gempa dan tsunami yang melanda Jepang diperkirakan bakal mempengaruhi industri pembiayaan alat berat. Namun, pelaku usaha sudah menyiapkan antisipasi. Salah satu strategi mereka adalah memperbanyak pembiayaan alat berat non-Jepang, seperti Korea Selatan, China dan Swedia.
Bencana itu mengakibatkan kerusakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Fukushima. Walhasil, Jepang mengalami pemadaman listrik bergilir untuk pertama kali pasca Perang Dunia II. Ini berimbas pada penurunan produksi, salah satunya alat berat.
Padahal, sebagian besar alat berat di Indonesia adalah impor dari Jepang. Salah satu merek yang mendominasi adalah Komatsu. "Kalau pasokan dari Jepang turun, bisa kami alihkan dari negara lain," kata Presiden Direktur
PT Trust Finance Muhammad Nashir, Minggu (20/3).
Terlebih lagi, selama ini Trust Finance sudah menjalankan diversifikasi produk. Multifinance ini telah membiayai alat berat dari Korsel dan China. "Peminat produk non-Jepang juga semakin banyak, karena kualitasnya juga tidak kalah" katanya singkat.
Oleh karena itu, target pembiayaan Trust tahun ini tetap sesuai target semula, yakni Rp 360 miliar, naik 30,9% dari 2010. "Target pasti tercapai, karena selama Januari sudah membiayai lebih dari 90 unit alat berat senilai Rp 25 miliar, padahal Januari 2010 hanya Rp 15 miliar," terang Nashir.
Presiden Direktur PT Surya Artha Nusantara (SAN) Finance Susilo Sudjono mengatakan, perusahaannya tetap pada target pembiayaan Rp 3,6 triliun, tumbuh 16,12% dibanding 2010. Menurut dia, bencana di Jepang tak banyak berpengaruh terhadap perusahaan pembiayaan karena pasokan tak hanya dari Jepang. Sementara permintaan alat berat terus bertambah seiring ramainya sektor komoditas. "Banyak yang membuka lahan perkebunan dan pertambangan baru," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News