Reporter: Ferrika Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat idAA+ untuk PT Bank BRIsyariah (BRI Syariah) dengan prospek direvisi dari stabil menjadi positif.
"Prospek ini mencerminkan transaksi penggabungan usaha antara Bank BRI Syariah, PT Bank BNI Syariah dan PT Bank Syariah Mandiri akan meningkatkan profil kredit sebagai hasil penggabungan usaha menjadi bank syariah terbesar di Indonesia yang dimiliki bank-bank milik negara," kata Pefindo dalam pengumuman pemeringkatan, Selasa (17/11).
Pefindo juga menyebut, penggabungan ini akan menghasilkan satu bank syariah dengan total aset melebihi Rp 214,7 triliun atau setara dengan sekitar 40,4% industri perbankan syariah dan 2,4% industri perbankan per Juni 2020. Merger ini juga akan menghasilkan entitas tersebut menjadi bank terbesar ketujuh di industri perbankan.
Mengacu pada jadwal resmi, merger diperkirakan rampung Februari 2021 dan kemungkinan besar akan terwujud. Dalam jangka panjang, merger akan meningkatkan profil bisnis bank gabungan dengan memanfaatkan jaringan grup induk, diversifikasi pembiayaan dan struktur pendanaan dan indikator keuangan yang lebih kuat.
Baca Juga: Penguatan Bank Syariah Melalui Merger
BRI Syariah akan menjadi surviving entity dari penggabungan usaha ini dan kepemilikan sahamnya akan dimiliki secara proporsional oleh pemegang saham bank-bank peserta penggabungan usaha, termasuk PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan publik.
Menurut Pefindo, obligor dengan peringkat ini memiliki sedikit perbedaan dengan peringkat tertinggi. Perusahaan juga memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya di bandingkan lain di Indonesia.
Adapun tanda tambah (+) menunjukkan peringkat yang diberikan relatif kuat di atas kategori rata-rata serta mencerminkan dukungan sangat kuat dari Bank BRI. Kemudian dukungan permodalan, likuiditas dan fleksibilitas keuangan yang kuat.
Akan tetapi, peringkat tersebut dibatasi kualitas aset karena posisinya di bawah rata-rata. Peringkat dapat dinaikkan apabila proses penggabungan usaha dapat diselesaikan sesuai jadwal dan skema yang direncanakan. "Outlook peringkat dapat diubah kembali menjadi stabil jika proses penggabungan usaha ini dibatalkan atau ditunda tanpa adanya jadwal yang jelas," terang Pefindo.
Baca Juga: BRI Syariah: BRI dan BNI bisa jadi pengendali bank BUMN syariah hasil merger
Pefindo juga memperkirakan, pandemi Covid-19 akan berdampak terhadap profil risiko industri perbankan syariah. Penurunan bisnis yang substansial terjadi di hampir semua sektor yang menyebabkan permintaan akan pembiayaan dan layanan keuangan lainnya menjadi rendah, serta berdampak pada profil profitabilitas perbankan.
Pelemahan ekonomi juga menyebabkan penurunan kemampuan membayar dari debitur, memberikan tekanan pada kualitas aset dan indikator likuiditas. Permodalan industri yang baik dan posisi likuiditas yang memadai telah memitigasi risiko-risiko ini.
"Kami melihat dampak Covid-19 pada profil kredit BRIsyariah secara keseluruhan akan tetap terkendali, didukung oleh kemungkinan dukungan yang sangat kuat dari Bank BRI, permodalan, likuiditas dan fleksibilitas keuangan yang kuat," ungkap Pefindo.
Namun, Pefindo menyadari bahwa eksposur Bank yang substansial pada sektor yang terdampak Covid-19 seperti hotel dan restoran, industri, jasa bisnis, konstruksi, transportasi, real estate, dan perdagangan, memiliki kontribusi sebesar 68,6% dari total portofolio pembiayaan perusahaan pada akhir Juni 2020.
BRI Syariah dibentuk menjadi bank syariah pada November 2008 setelah Bank BRI mengakuisisi Bank Jasa Artha. Bank BRI memiliki 73,0% saham BRI Syariah, DPLK BRI Syariah 8,5% dan publik 18,5%. Per 30 September 2020, BRIsyariah menjalankan bisnis melalui 311 unit kerja dan 2.997 orang karyawan tetap.
Baca Juga: Ramai aksi korporasi bank syariah, bisa tingkatkan market share secara signifikan?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News