Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pelemahan harga emas yang terjadi sejak tahun lalu menyeret perolehan laba PT Pegadaian (Persero). Lihat saja, laba periode berjalan yang dicatat perusahaan pembiayaan pelat merah ini turun 6%, yakni dari Rp 718,9 miliar pada semester pertama tahun lalu menciut menjadi Rp 670,5 miliar pada periode yang sama tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, penurunan laba disebabkan melorotnya pendapatan hingga 10% atau menjadi Rp 3,63 triliun di sepanjang separuh pertama tahun ini. “Hal ini lantaran penurunan harga emas yang masih terjadi,” terang Harianto Widodo, Direktur Bisnis I Pegadaian kepada KONTAN, Kamis (24/7).
Faktor lainnya, masih ada pinjaman nasabah senilai Rp 1,3 triliun yang belum diselesaikan hingga saat ini. Perseroan terpaksa menyimpan emas yang diagunkan nasabah dikarenakan harganya masih minus. Sehingga, tercatat sebagai aset pasif karena menganggur.
Tidak cuma itu, Pegadaian juga mengeluhkan soal kenaikan biaya dana atau cost of fund. Sementara, pihaknya tidak bisa serta merta melakukan penyesuaian bunga kepada nasabah. “Ini mempengaruhi bisnis kami,” terang Harianto.
Karenanya, ke depan, sambung dia, pihaknya tidak akan mengandalkan pertumbuhan dari kenaikan harga emas, melainkan dari penyaluran pembiayaan itu sendiri. Adapun, penyaluran pembiayaan Pegadaian mencapai Rp 27,4 triliun di paruh pertama ini atau meningkat 4% ketimbang akhir tahun lalu. Namun, ketimbang paruh pertama tahun lalu yang sekitar Rp 29 triliun, pembiayaan Pegadaian tercatat turun 5%.
Di sepanjang enam bulan pertama ini, Pegadaian juga mengurangi gerainya dari sebanyak 4.631 unit menjadi hanya 4.456 unit. Pengurangan gerai mungkin berimbas pada jumlah beban perseroan yang ikut turun 12% pada periode yang sama menjadi Rp 2,7 triliun. Hingga kini, Pegadaian mencatat jumlah nasabahnya sebanyak 16 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News