kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   -3.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Pembiayaan alat berat tahun depan masih akan berat


Senin, 30 November 2015 / 17:31 WIB
Pembiayaan alat berat tahun depan masih akan berat


Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Tahun depan, pembiayaan alat berat diprediksi akan semakin berat. Belum pulihnya sektor pertambangan, kehutanan dan perkebunan diprediksi akan membuat tekanan pada pembiayaan alat berat makin besar.

Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mengatakan, meskipun proyek infrastruktur terus digenjot pemerintah. Namun kondisi tersebut belum menjadi penyelamat pembiayaan alat berat tahun depan. Sebab, pembiayaan alat berat selama ini masih bertumpu pada tiga sektor tersebut.

Tahun depan, proyeksi pembiayaan alat berat paling buruk diperkirakan akan mengalami penurunan sekitar 15% sampai 20%. Sementara jika dalam kondisi baik, tahun depan pembiayaan alat berat diprediksi akan mengulang kondisi yang sama seperti tahun ini.

"Pembiayaan belum banyak berubah tahun depan. Kondisi ini seperti tahun 1998 bisnis pertambangan hancur dan butuh waktu untuk pulih. Kalaupun proyek infrastruktur berjalan belum akan mengangkat pembiayaan alat berat. Sebab, proyek infrastruktur masih dapat menggunakan alat berat lama," terang Suwandi, Senin (30/11).

Pembiayaan alat berat tertekan dari sisi produsen alat berat. Misalnya, tekanan industri alat berat semakin meningkat seiring dengan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Sejumlah konsumen menahan pembelian untuk menghindari rugi kurs. Selain itu, kewajiban transaksi rupiah di dalam negeri belum ditunjang dengan sistem yang baik.

Tak hanya produsen alat berat yang mengalami tekanan penjualan. Perusahaan penyewaan alat berat juga mengalami hal yang sama. Daya beli unit baru yang semakin tertekan serta sedikitnya penggunaan alat sewa.

Pembiayaan sewa guna usaha dalam ikhtisar data keuangan yang dihimpun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, September pembiayaan alat berat secara year on year (yoy) tumbuh 0,87% dengan nilai Rp 115 triliun.

Sementara APPI memprediksi tahun ini pembiayaan alat berat akan ditutup dengan penurunan penyaluran pembiayaan hingga 15% dari tahun lalu yang sebesar Rp 110,95 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×