Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Bank Muamalat Indonesia melewati tahun 2014 dengan penuh perjuangan. Sebab, pembiayaan bermasalah alias kredit macet (non perfoming financing/NPF) kian memberatkan langkah Bank Muamalat. Ada dua sektor pembiayaan yang seret sehingga mendongkrak NPF Bank Muamalat.
Hendiarto, Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat mengungkapkan, penyumbang NPF tertinggi di perseroan adalah sektor pertambangan dan transportasi, lantaran masa depan dua sektor ini tengah buram. Dari sektor transportasi, salah satu debitur yang mangkrak adalah Batavia Air.
Hendiarto bilang, kasus pailit maskapai Batavia Air menjadi biang keladi. Kucuran pembiayaan Bank Muamalat yang tersangkut di maskapai itu sebesar Rp 120 miliar. Saat ini Bank Muamalat hanya berharap pada hasil penjualan aset pailit. Catatan saja, outstanding pembiayaan Bank Muamalat saat Batavia bangkrut adalah Rp 186 miliar.
Status pailit Batavia Air memang berimbas ke sejumlah bank lantaran bank tersebut menjadi kreditur maskapai ini. Selain Bank Muamalat, Batavia Air juga terbelit kredit macet ke Bank Capital senilai Rp 15 miliar dan Bank Harda sebesar Rp 11 miliar.
Hendiarto mengakui, pembiayaan macet di Batavia Air dan sektor pertambangan masih membuat rasio NPF Bank Muamalat tinggi. "Di akhir tahun, memang ada peningkatan rasio pembiayaan bermasalah, tapi masih di bawah 5%," kata Hendiarto kepada KONTAN, Senin (19/1).
Sebagai gambaran, porsi penyaluran pembiayaan pertambangan terhadap total pembiayaan Bank Muamalat kurang dari 5%. Alhasil, Bank Muamalat bakal mengerem laju pembiayaan pada dua sektor bisnis yang masih dililit macet tersebut.
Alasan bank ini, sektor pertambangan dan transportasi masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. "Oleh karena itu, kami akan mengalihkan pembiayaan ke sektor lainnya," ujar Hendiarto. Tahun ini, Bank Muamalat membidik sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News