Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Menjelang pemilihan legislatif yang akan dilakukan pada 9 April ini, perekonomian Indonesia menunjukkan kondisi yang stabil. Bahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tren yang positif hingga ada kemungkinan menyentuh level 5000.
Hal ini pun disambut baik oleh perusahaan sekuritas. Mereka bahkan tidak memperhitungkan faktor pemilu sebagai faktor yang menghalangi bisnis sekuritas. Bahkan perusahaan sekuritas mengaku tidak terpengaruh oleh adanya pemilu.
Managing Director Investment Banking Danareksa, Iman Hilmansah mengatakan IPO dan penerbitan obligasi tidak ada hubungannya dengan pemilu. Khusus untuk penerbitan obligasi malah justru dipengaruhi oleh waktu jatuh tempo obligasi. Untuk itu Iman mengaku pihaknya melakukan performa bisnis seperti biasa.
Iman menambahkan, justru pada saat pemilu kondisi pasar menjadi lebih bagus. Apalagi jika melihat data pada pemilu 2009 dimana performan pasar terlihat bagus. "Obligasinya pecah rekor pertama kali pada pemilu 2009. Sejak itu obligasi terbang terus. Sedangkan di pasar ekuitas tradingnya tinggi," kata Iman.
Hal senada juga disampaikan oleh Presiden Direktur Mandiri Sekuritas, Abiprayadi Riyanto mengatakan pemilu tidak mempengaruhi bisnis sekuritas. Pihaknya justru mendorong perusahaan untuk tetap melakukan IPO seperti yang dilakukan oleh PT Wijaya Karya Beton Tbk dengan ticker WTON untuk melakukan pencatatan saham perdananya pada Selasa (8/4).
Abi menambahkan Mandiri Sekuritas sudah mendapatkan 10 mandat dari perusahaan untuk melakukan IPO di tahun ini. Selain itu, Mandiri Sekuritas juga menargetkan bisa mencapai Rp 700 miliar per hari dengan menjaring antara 45.000 sampai 50.000 investor baru.
Kuartal II Mulai Ramai
Terkait dengan masih sepinya penerbitan obligasi pada kuartal pertama, Iman bilang hal tersebut lebih disebabkan oleh banyaknya perusahaan yang dijamin yang belum membutukan kucuran dana untuk pemodalan.
Perusahaan yang dijamin di Danareksa sendiri merupakan perusahaan dengan peringkat rating yang bagus sehingga permodalannya tidak bergantung pada penerbitan obligasi. Selain itu, perusahaan juga masih menunggu laporan keuangan yang baru terbit di kuartal satu.
"Emiten tidak terlalu banyak menerbitkan obligasi di kuartal I karena kan sebenarnya emiten kita ratingnya bagus-bagus. Kalau emiten ratingnya bagus, mereka punya refinancingnya juga semakin fleksibel sehingga banyak orang yang mau memberikan modal. Jadi kalau mereka melihat kondisi pasar yang tidak begitu bagus maka mereka masih melihat ada alternatif lain, tetapi pada akhirnya mereka juga akan kembali menerbitkan obligasi," ujar Iman.
Untuk itu, Iman memprediksi pada kuartal II dan III akan banyak perusahaan yang menerbitkan obligasi. Menurutnya saat itu kondisi pasar akan lebih baik dan banyak obligasi yang akan jatuh tempo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News