kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.491.000   15.000   1,02%
  • USD/IDR 15.835   20,00   0,13%
  • IDX 7.196   61,44   0,86%
  • KOMPAS100 1.106   12,55   1,15%
  • LQ45 877   9,19   1,06%
  • ISSI 220   3,21   1,48%
  • IDX30 449   5,23   1,18%
  • IDXHIDIV20 541   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,64   1,31%
  • IDXV30 135   1,63   1,22%
  • IDXQ30 149   1,31   0,89%

Pemodalan Bank Catatkan Rekor Tertinggi Dalam Empat Tahun Terakhir


Kamis, 20 Januari 2022 / 13:43 WIB
Pemodalan Bank Catatkan Rekor Tertinggi Dalam Empat Tahun Terakhir
ILUSTRASI. Logo Otoritas Jasa Keuangan (OJK). KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau diterpa pandemi Covid-19, tingkat permodalan bank di tanah air makin kokoh. Bahkan tingkat permodalan industri ini berhasil mencatatkan rekor tertinggi dalam empat tahun terakhir. 

Hal ini terlihat dari peningkatan rasio kecukupan modal (CAR) industri perbankan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), CAR perbankan tumbuh signifikan dan berada di level 25,67% sepanjang tahun 2021. 

Ini adalah rasio permodalan tertinggi dalam empat tahun terakhir. Pada tahun-tahun sebelumnya, tingkat permodalan bank justru masih di bawah level 24%. Tercatat CAR bank di level 22,97% (2018), 23,40% (2019) dan 23,89% (2020). 

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan OJK mengatakan permodalan perbankan terjaga jauh di atas threshold minimum yaitu sebesar 25,67% dengan likuiditas yang ample didukung dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) 12,21% di 2021. 

Baca Juga: Sederet Bank Jumbo Kejar Target Bisnis Dobel Digit Tahun Ini

"Optimisme pertumbuhan kredit perbankan juga ditunjukkan dengan indikator permodalan perbankan yaitu CAR secara industri sebesar 25,67%," kata Wimboh, di Jakarta, Kamis (20/1).  

Dengan realisasi itu, OJK optimitis permodalan makin kuat tahun ini. Terlebih, otoritas mendorong industri jasa keuangan melakukan konsolidasi agar mempunyai ketahanan dari sisi permodalan dan likuiditas. 

Sejumlah bank juga berencana perkuat permodalan tahun ini. PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) misalnya, berencana rights issue Rp 1 triliun sehingga modal inti perusahaan menjadi Rp 3,3 trilun pada akhir 2022. 

Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu yakin rights issue tahun depan akan tercapai. Diperkirakan aksi korporasi ini terealisasi pada semester II 2022 setelah mendapat restu dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 

Melalui aksi korporasi tersebut, rasio kecukupan modal (CAR) akan terjaga. Bank Ina akan menjaga posisi CAR di level 30% - 40% tahun depan dan masih berpotensi bertumbuh. 

Nantinya, dana hasil rights issue akan digunakan untuk mendukung peningkatan layanan dan produk perbankan kepada nasabah. Dengan begitu, dapat meningkatkan kinerja perusahaan. 

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk juga bakal mendapatkan tambahan modal dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) lewat rights issue senilai Rp 1 triliun. Investasi ini akan masuk sebagai komponen modal tier 1 Bank Muamalat. 

Perusahaan juga berencana untuk menerbitkan instrumen subordinasi berbasis syariah dengan target himpunan dana senilai Rp 2 triliun sebagai modal tier 2. 

Kepala BPKH Anggito Abimanyu menyatakan akan menyerap sukuk tersebut dengan kupon sebesar 9% per tahun. 

Baca Juga: Begini Target Kredit, DPK, dan NIM BTN Dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) Tahun 2022

“Pasca penjatahan rights issue yang akan dilakukan pada 7 Januari 2022, BPKH akan memiliki sekitar 82,7% saham Bank Muamalat. Setelah seluruh rangkaian corporate action tersebut selesai maka rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) Bank Muamalat diperkirakan sekitar 30%,” tutur Anggito.

BPKH telah resmi menjadi pemegang saham mayoritas Bank Muamalat setelah menerima pengalihan saham melalui hibah dari para pemegang saham pengendali (PSP) sebelumnya. 

Di antaranya yakni Islamic Development Bank (IsDB), Boubyan Bank, Atwill Holdings Limited, National Bank of Kuwait, IDF Investment Foundation, dan BMF Holdings Limited sebanyak 7.903.112.181 saham atau setara dengan 77,42%.  

Dengan demikian, total kepemilikan saham BPKH di Bank Muamalat naik menjadi 78,45%. Sebelum Injeksi modal kepada Bank Muamalat, BPKH terlebih dahulu bekerjasama dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) untuk mengelola aset pembiayaan berkualitas rendah di Bank Muamalat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective [Intensive Boothcamp] Financial Statement Analysis

[X]
×