Reporter: Nadya Zahira | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tokio Marine Indonesia (TMI) mencatatkan penurunan pendapatan premi sekitar 1,1% selama semester I 2024. Nilainya turun dari Rp 1,30 triliun pada semester I 2023 menjadi Rp 1,11 triliun tahun ini.
Chief Distribution Officer TMI, Muhammad Ali mengatakan bahwa penurunan pendapatan premi tersebut salah satunya disebabkan oleh penurunan penjualan mobil baru yang menurun hingga 14%.
"Tapi saya rasa karena penurunannya hanya sedikit yaitu 1,1%, jadi kami kemungkinan besar masih bisa tumbuh di lini-lini bisnis lainnya,” kata Ali kepada awak media, di Kantor Pusat TMI, Jakarta (20/8).
Selain itu, Ali memprediksi bahwa penurunan penjualan mobil baru tersebut masih akan terus berlanjut hingga akhir tahun dan akan berdampak pada kinerja pendapatan premi TMI yang diperkirakan masih akan menurun. Namun, dia belum bisa menyebutkan perkiraan besaran dari premi perusahaan di akhir tahun.
“Tapi gapnya mudah-mudahan bisa kami antisipasi salah satunya yaitu dengan produk asuransi UMKM yang baru TMI rilis hari ini. Jadi pada saat penjualan mobil menurun, sehingga asuransi mobil menurun, kami coba tutup gapnya dengan produk UMKM ini,” kata dia.
Dia menjelaskan, langkah untuk memperkecil jarak penurunan dari gross written premium tersebut melalui peluncuran produk asuransi kerugian, yakni UKM Partner yang diharapkan mampu meraih lebih dari 50.000 nasabah pelaku usaha UMKM dalam waktu tiga tahun ke depan.
Baca Juga: Bidik 50.000 Nasabah, Tokio Marine Indonesia Luncurkan Produk UKM Partner
Selain itu, Ali menyebutkan bahwa TMI juga masih mencatatkan penurunan pada hasil underwriting sebesar 18,5% menjadi Rp 312 miliar, dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat Rp 383 miliar.
“Kami juga di enam bulan pertama ini memang mengalami beberapa major claim, tapi tidak apa-apa itu memang fungsinya sebuah asuransi, namun kami masih bisa menghasilkan underwriting result sebesar Rp 312 miliar. Nah, klaim-klaim ini nanti akan kami analisa dan kemudian kita akan improve untuk risk-nya ya, maka harapannya di tahun-tahun ke depan bisa lebih baik,” ujar Ali.
Kendati begitu, Ali mengatakan bahwa pada semester I-2024, pertumbuhan investasi perusahaan cukup tinggi yaitu naik sebesar 25,9% menjadi Rp 66 miliar, dibandingkan pada periode yang sama di tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 52 miliar.
"Jadi pertumbuhan investasi kami naik 25,9% pada Semester I-2024. Sampai saat ini investasi kami masih dengan resiko yang moderat, cenderung konservatif," imbuhnya.
Dia menjelaskan, dana investasi TMI masih dikelola dalam instrumen investasi dengan resiko moderat karena tujuannya untuk pengelolaan likuiditas dan wujud dari tanggung jawab perusahaan kepada tertanggung dan pihak terkait lainnya.
"Investasi kami itu sekarang kurang lebih 40% dari nilai aset, dan mayoritas sebesar 90% di government bond serta deposito," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News