Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah daya beli yang belum bangkit, kinerja penyaluran kredit konsumer perbankan belum juga menunjukkan tanda perbaikan signifikan di sisa tahun 2025.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit konsumer perbankan per September 2025 hanya tumbuh 7,3% secara tahunan atau year on year (yoy) mencapai Rp 2.307,3 triliun. Capaian ini terlihat lebih rendah dari pertumbuhan di bulan sebelumnya sebesar 7,7% yang mencapai Rp 2.295,4 triliun.
Moch Amin Nurdin, Advisor Banking & Finance Development Centre (BFDC), pun mengamini, laju pertumbuhan kredit perbankan nasional masih tertahan di bawah 10% hingga kuartal IV-2025. Segmen kredit konsumer, yang biasanya menjadi penyumbang terbesar kedua setelah kredit korporasi, ikut melambat seiring belum pulihnya daya beli masyarakat dan tingginya suku bunga kredit.
"Sejumlah faktor menekan penyaluran kredit konsumer sepanjang tahun ini. Daya beli masyarakat yang belum bangkit, suku bunga kredit yang belum turun, serta gelombang PHK massal menjadi faktor utama pelemahan kredit konsumsi," ujar Amin kepada Kontan, Jumat (24/10/2025).
Baca Juga: Transaksi BNI Agen46 Capai 79,81 Juta Transaksi Per September 2025, Tumbuh 37,2%
Selain itu, perbankan juga cenderung lebih selektif menyalurkan kredit guna menghindari kenaikan non-performing loan (NPL) di segmen konsumer. “Bank masih berhati-hati agar risiko kredit bermasalah tidak meningkat,” tambahnya.
Amin memperkirakan kondisi tersebut masih akan berlanjut hingga akhir tahun. Untuk mendorong pertumbuhan kredit konsumsi, ia menilai bank perlu melakukan sejumlah penyesuaian strategi, antara lain dengan menurunkan suku bunga kredit konsumer secara bertahap, memperpanjang tenor pinjaman, dan memberikan fleksibilitas skema cicilan (tiering) agar lebih menarik bagi nasabah.
“Selain itu, promo musiman atau festive campaign juga bisa membantu meningkatkan minat kredit menjelang akhir tahun,” ujarnya.
Menurut Amin, pemerintah dan regulator juga dapat berperan dengan memberikan insentif atau stimulus tambahan di sektor-sektor yang terkait langsung dengan bisnis konsumer, seperti otomotif dan perumahan.
“Langkah ini penting agar produk kredit tersebut tetap terjangkau dan sesuai dengan kemampuan daya beli masyarakat menengah ke bawah,” katanya.
Dengan kombinasi strategi perbankan dan dukungan kebijakan, Amin berharap pertumbuhan kredit konsumsi dapat kembali meningkat secara bertahap mulai awal tahun depan.
Sejumlah perbankan seperti PT Bank Central Asia (BCA) mencatat pertumbuhan kredit konsumer mencapai 3,3% yoy menjadi Rp 223,6 triliun pada kuartal ketiga tahun ini. Bahkan, secara kuartalan penyaluran kredit konsumer BCA terlihat turun 1,3%.
Baca Juga: Potensi Pertumbuhan Tinggi, Bank QNB Indonesia Perkuat Bisnis Korporasi
Hera F. Haryn, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, mengatakan faktor pendorong pertumbuhan kredit konsumer di kuartal ketiga yakni kenaikan KPR sebesar 6,4% yoy menjadi Rp 138,8 triliun. Outstanding pinjaman konsumer lainnya (mayoritas kartu kredit) tumbuh 6,9% yoy mencapai Rp 23,5 triliun.
"BCA senantiasa mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen, termasuk kredit konsumer," ungkap Hera.
Sebagai perbankan nasional, BCA terus berupaya memberikan nilai tambah bagi nasabah dengan menjaga pertumbuhan kredit konsumer yang sehat, sekaligus menerapkan prinsip kehati-hatian.
Adapun PT Bank Negara Indonesia (BNI) mencatatkan pertumbuhan kredit konsumer mencapai 9,6% yoy menjadi Rp 150,2 triliun pada September 2025, ditopang pembiayaan KPR yang tumbuh 9,4%, personal loan 9,9%, dan kartu kredit tumbuh 9,1%. Adapun secara kuartalan, penyaluran kredit konsumer BNI hanya tumbuh 2,2%.
Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena menjelaskan, pertumbuhan kredit tercatat merata di seluruh segmen bisnis, termasuk konsumer.
"Ini mencerminkan portofolio kredit yang semakin sehat dan berimbang. Selain itu, hal ini menunjukkan efektivitas strategi pembiayaan kami dalam menjaga kualitas aset sekaligus mendorong pertumbuhan sektor produktif," ungkap Paolo.
Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) mencatatkan penyaluran kredit konsumer (bank only) mencapai Rp 216,26 triliun per Agustus 2025, tumbuh sebesar 10,65% secara tahunan.
Corporate Secretary BRI Dhanny menjelaskan bahwa pertumbuhan kredit konsumer BRI ditopang oleh meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap produk-produk unggulan perseroan. Salah satunya adalah salary-based loan yakni BRIguna yang mencatat outstanding per Agustus 2025 sebesar Rp 143,4 triliun, tumbuh 9,8% secara tahunan (yoy).
Baca Juga: BCA Catat Kredit Korporasi Capai Rp436,9 Triliun per September 2025
Selain itu, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga menunjukkan kinerja solid dengan outstanding sebesar Rp 63,7 triliun, atau naik 13,5% yoy, seiring tingginya kebutuhan masyarakat akan hunian.
Dhanny menambahkan bahwa BRI akan terus mendorong pertumbuhan segmen konsumer dengan selektif.
“BRI berkomitmen untuk menumbuhkan portofolio konsumer dengan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik. Dengan kualitas kredit yang terkendali, kami optimistis penyaluran kredit konsumer akan terus tumbuh sehat sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujar Dhanny.
Seiring dengan pertumbuhan kredit yang solid, BRI pun tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit. Hal ini tercermin dari kualitas pembiayaan di segmen konsumer yang terjaga dengan baik. Dengan kualitas kredit yang terjaga, BRI pun optimistis dapat terus menumbuhkan portofolio kredit konsumer secara sehat.
“Pertumbuhan kredit konsumer BRI mencerminkan kepercayaan masyarakat yang semakin kuat terhadap layanan BRI. Melalui produk unggulan seperti BRIguna dan KPR, BRI tidak hanya menyalurkan pembiayaan, tetapi juga menghadirkan solusi keuangan yang inklusif, berkelanjutan, dan berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat,” pungkas Dhanny.
Selanjutnya: 10 Film Horor Neraka yang Bikin Merinding, Wajib Tonton Siksa Neraka
Menarik Dibaca: 10 Film Horor Neraka yang Bikin Merinding, Wajib Tonton Siksa Neraka
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













