CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Perbankan Dorong Peningkatan Pendapatan dari Penjualan Aset Kredit Bermasalah


Senin, 16 Mei 2022 / 15:33 WIB
Perbankan Dorong Peningkatan Pendapatan dari Penjualan Aset Kredit Bermasalah
ILUSTRASI. Karyawan melayani nasabah?pada?kantor cabang BNI.? (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa penjualan aset bermasalah perbankan yang sudah hapus buku semakin membaik. Alhasil pendapatan bank dari recovery atau pemulihan aset sejumlah bank meningkat sepanjang tiga bulan pertama tahun ini dari periode yang sama tahun lalu. 

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya, membukukan pendapatan recovery sebesar Rp 1,13 triliun sepanjang kuartal I 2022. Itu meningkat signifikan hingga 93% dari Rp 585 miliar pada peridoe yang sama tahun lalu.  Adapun kredit hapus buku di BNI per Maret 2022 mencapai Rp 2,74 triliun, sedikit meningkat dari Maret tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,54 triliun. 

Sedangkan PT Bank Mandiri Tbk membukukan pendapatan recovery sebesar Rp 1,6 triliun. Ini meningkat 91,6% yoy. Total kredit hapus buku bank ini mencapai Rp 2,4 triliun atau turun 25% dari periode yang sama tahun lalu. 

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) membukukan pendapatan recovery sebesar Rp 2,3 triliun, tumbuh 27,7 % secara yoy. Total kredit hapus buku bank ini tercatat Rp 3,3 triliun, meningkat dari Rp 1,7 triliun. 

Baca Juga: Simak Strategi Bank Raya (AGRO) Tahun Ini Usai Merugi Rp 3,04 Triliun pada 2021

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengantongi pendapatan recovery sebesar Rp  367,7 miliar, turun 29% dari secara yoy. Sedangkan kredit hapus buku bank ini mencapai Rp 506,3 miliar, meningkat dari Rp 513,4 miliar pada Maret 2021.

Tahun ini, BTN menargetkan recovery bisa mencapai Rp 400 miliar atau naik 27% dari 2021. 

Elisabeth Novie Riswanti, Direktur Remedial & Wholesale Risk Bank BTN mengatakan, strategi yang akan dilakukan untuk mendorong recovery aset akan sama seperti tahun lalu. Strategi yang akan dilakukan masih sama dengan tahun lalu. Sedangkan hapus buku diproyeksikan akan lebih rendah tahun ini. 

"Penjualan aset NPL dan kredit yang dihapus buku menjadi salah satu inisiatif corporate plan tahun 2021 sehingga mendorong recovery. Beberapa inisiatif utama corporate plan dalam penjualan aset yang sudah dihapus buku di antaranya mengadakan Lelang Expo, Aset Sales Festival baik di level Kantor Cabang maupun yang dilakukan secara nasional," kata Novie pada Kontan.co.id belum lama ini.

Selain itu, BTN juga memperluas cakupan informasi mengenai rumah-rumah yang akan dilelang melalui portal Rumah Murah BTN, sehingga meningkatkan penjualan aset NPL melalui lelang. Novie bilang, BTN akan menjaga NPL gross di kisaran 3,4% tahun ini dan disertai dengan peningkatan pencadangan.

Per Maret 2022, NPL BTN mencapai Rp 9,98 triliun. Perseroan sudah menganggarkan pencadangan NPL Rp 14,6 triliun sehingga coverage ratio mencapai 146,7%. Itu meningkat dari pencadangan kuartal I tahun lalu yang mencapai Rp 12,88 triliun atau 115,9%.

Nixon Napitupulu Wakil Direktur Utama BTN mengatakan, tahun ini BTN menargetkan penjualan aset sebesar Rp 2,4 triliun. Penjualan aset itu dilakukan lewat dua jalur yakni lewat lelang dan bulk sales. 

"Bulk sales ini kami targetkan Rp 1,99 triliun. Saat ini progresnya masih menunggu perizinan otoritas. Selain itu, kami menunggu opini kantor pemeriksa keuangan.  Setelah itu dapat kami sudah bisa summit izinnya ke Kementerian Keuangan. Mudahan-mudahan ini berjalan di semester I ini atau sekita bulan Juni. Kalau ini sudah terjadi, ini akan jadi salah satu terobosan baru yang secara legal baik dan masih menguntungkan perusahaan, dari pada hanya restrukturisasi kredit," jelas Nixon.

Adapun BRI memperkirakan hapus buku tahun 2022 tidak akan relatif berbeda dengan tahun lalu.

Agus Sudiarto Direktur Manajemen Risiko BRI mengatakan, hal itu disebabkan karena beberapa debitur yang terdampak Covid-19 yang sudah tidak dapat dilakukan restrukturisasi akan bergeser ke NPL. 

Baca Juga: Hapus Buku Kredit Bank Meningkat di 2021, Bagaimana Prospek Tahun Ini?

"Target NPL tahun ini 3,04%, dari 3,08% tahun 2021," ujarnya.

BRI akan memacu pemulihan atas kredit yang sudah hapus buku sehingga pendapatan recovery ditargetkan naik 11% dari tahun lalu.  Agus bilang, BRI akan memperkuat tim recovery baik di tingkat pusat, regional, maupun kantor cabang untuk mencapai target itu. 

Adapun strategi yang dilakukan BRI tahun lalu di antaranya dengan penguatan SDM terkait kompetensi penanganan kredit bermasalah dan upaya recovery, mengoptimalkan penagihan di tengah keterbatasan mobilitas akibat pandemi yang dilakukan melalui media online maupun via surat tagihan, membuat program/ kompetisi reward bagi pegawai yang telah mencapai targetnya.

Selanjutnya, BRI akan meningkatkan kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal pemasaran agunan, penagihan dan upaya litigasi terhadap debitur bermasalah, penguatan system monitoring dan penunjang recovery, memaksimalkan pencarian investor strategis ataupun finansial untuk kredit segmen korporasi dalam rangka penyelesaian kredit atau bagian dari skema restrukturisasi.

Sementara BNI menargetkan recovery atas hapus buku kredit meningkat minimal 15% tahun ini. David Pirzada Direktur Managemen Resiko BNI bilang, percepatan recovery akan dilakukan melalui likuidasi agunan yang lebih cepat dengan menggelar lelang yang lebih intensif dan juga kerjasama dengan investor.

David tidak memberikan proyeksi hapus buku tahun ini. Namun, BNI berharap NPL bisa terus melandai secara signifikan seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian. 

"Beberapa sektor ekonomi sudah menunjukkan tanda-tanda recovery. Ini akan membuat high risk portfolio BNI sudah menurun ke level yang manageable," jelas dia.

Per Maret 2022, total NPL BNI mencapai Rp 20,45 triliun atau 3,5%,  turun dari Rp 23 triliun pada kuartal yang sama tahun lalu 2021 atau 4,1%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×