Reporter: Adrianus Octaviano, Yuliana Hema | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya perbankan menuju cita-cita net zero emission telah dilakukan melalui berbagai cara. Bursa karbon menjadi salah satu cara yang digunakan perbankan untuk menjadikan Indonesia yang lebih hijau.
Tercatat, sejak diluncurkan pada September 2023 hingga 30 Desember 2024, OJK mencatat volume transaksi di bursa karbon mencapai sebesar 908.018 tCO2e. Di mana, akumulasi nilai transaksi perdagangan tersebut senilai Rp 50,64 miliar.
Direktur Pengawasan Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Lufaldy Ernanda mengungkapkan bahwa pengguna jasa karbon justru kebanyakan berasal dari sektor di luar yang termasuk dalam Nationally Determined Contribution (NDC). Sektor NDC adalah sektor yang dipercaya mampu mendukung penurunan emisi gas rumah kaca.
Baca Juga: Bank Mandiri Menuju Bisnis Berkelanjutan
“Saat ini yang paling banyak menjadi pengguna jasa bursa karbon berasal dari sektor lain di luar sektor NDC sebesar 59%, dan perbankan salah satunya,” ujar pria yang akrab disapa Aldy ini kepada KONTAN, Jumat (10/1).
Aldy menyebut, saat ini terdapat delapan bank yang tercatat menjadi pengguna jasa di IDX Carbon. Menurut dia, langkah ini dilakukan oleh perbankan untuk menerapkan prinsip Enviromental, Social, and Governace (ESG) sekaligus memperoleh label green bank.
Lebih lanjut, Aldy juga mengungkapkan bahwa OJK memang mengharapkan perbankan termasuk lembaga jasa keuangan lainnya untuk berpartisipasi aktif dalam upaya pengendalian perubahan iklim dan mengurangi carbon emissions. Salah satunya dengan ikut dalam perdagangan karbon.
Aldy berpandangan, perbankan memiliki peran penting dalam mendukung pembiayaan pada proyek-proyek pengendalian emisi. OJK berharap perbankan bisa mengetahui dampak setiap skenario iklim terhadap kinerjanya.
“Pada akhirnya perbankan bisa menentukan strategi bisnis dan mitigasi risiko ke arah transisi alokasi pembiayaan dari carbon-intensive sector menuju ekonomi rendah karbon,” harap Aldy.
Baca Juga: Perbankan Tanah Air Tetap Berkomitmen Dukung Target Nol Emisi Karbon
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik juga sependapat dan melihat saat ini perbankan menjadi sektor yang berperan aktif sebagai pembeli untuk melakukan off setting atas emisinya sendiri. Secara detil, dia memang tidak menyebut bank mana yang paling aktif dalam perdagangan bursa karbon tersebut. “Kami berharap perbankan Indonesia yang sudah maju dalam hal penghitungan dan pelaporan emisi dapat menjadi contoh dengan melakukan upaya dekarbonisasi," ujar Jeffrey kepada KONTAN, belum lama ini.
Lebih lanjut, Jeffrey bilang pihaknya turut aktif melakukan sosialisasi dengan bekerja sama dengan pihak lain terkait bursa karbon ini. Harapannya, informasinya pun bisa menjangkau banyak sektor, tidak hanya perbankan.
Bank Mandiri Jadi Salah Satu Pionir
Dari delapan bank yang aktif melakukan perdagangan bursa karbon, PT Bank Mandiri Tbk menjadi salah satu pionir. Ini tercermin dari langkah bank berlogo pita emas ini yang saat perdagangan perdana bursa karbon di 2023 lalu membeli hingga 3.000 ton karbon.
Corporate Secretary Bank Mandiri M Ashidiq Iswara bilang, sektor jasa keuangan terutama Bank Mandiri memang memainkan peran strategis dalam perdagangan bursa karbon. Alasannya, perbankan seperti Bank Mandiri memiliki kapasitas dan pengaruh untuk mendukung pembiayaan proyek-proyek pengurangan emisi, mendorong terciptanya ekosistem karbon yang berkelanjutan, serta memenuhi komitmen global menuju Net Zero Emissions (NZE).
Baca Juga: Pembiayaan Hijau di Global Hilang Pamor, Perbankan Indonesia Jangan Kasih Kendor
Ashidiq mengungkapkan, partisipasi Bank Mandiri dalam perdagangan bursa karbon merupakan wujud nyata dukungan terhadap transisi ekonomi rendah karbon, sekaligus mencerminkan komitmen kuat dalam keberlanjutan dan pengelolaan risiko perubahan iklim. “Kontribusi Bank Mandiri dalam perdagangan bursa karbon akan dilakukan tinggi maupun eksplorasi proyek aksi mitigasi perubahan iklim," ujar Ashidiq, Jumat (10/1).
Menurut Ashidiq, perdagangan bursa karbon memiliki dampak yang positif terhadap keberlanjutan lingkungan, terutama dalam mendukung penambahan proyek-proyek pengurangan emisi seperti reforestasi dan energi terbarukan, serta peningkatan kesadaran berbagai sektor untuk lebih aktif menerapkan upaya keberlanjutan dalam operasional melalui efisiensi energi.
“Langkah ini membantu mengurangi emisi karbon secara global, sekaligus mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon,” tambah Ashidiq.
Selain berpartisipasi dalam perdagangan bursa karbon, Bank Mandiri terlihat terus berupaya mengurangi penggunaan karbon dalam kegiatan operasional. Di mana, bank dengan aset terbesar di Indonesia ini telah mereduksi emisi hingga 17,6% sejak 2019 hingga 2023.
Baca Juga: Perbankan Tanah Air Tetap Berkomitmen Dukung Target Nol Emisi Karbon
Selanjutnya: Dirut PTPN III Bahas Kerjasama dengan Basic International Investment Pte Ltd di China
Menarik Dibaca: 4 Makanan yang Tidak Boleh Dimakan saat Minum Kopi, Awas GERD!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News