kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   10.000   0,66%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Perbankan Optimistis Laju Pertumbuhan Kredit Melesat di Akhir 2024


Kamis, 17 Oktober 2024 / 05:10 WIB
Perbankan Optimistis Laju Pertumbuhan Kredit Melesat di Akhir 2024
ILUSTRASI. pertumbuhan kredit perbankan hanya 10,85% secara YoY per September 2024.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2024 tersisa hitungan bulan di saat laju pertumbuhan kredit mengalami perlambatan signifikan.

Meski demikian, bankir masih optimistis di sisa-sisa tahun ini, kredit bisa semakin tumbuh kencang.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) terbaru, pertumbuhan kredit perbankan hanya 10,85% YoY per September 2024.

Adapun, ini menjadi pertumbuhan paling lambat sepanjang 2024 yang targetnya bisa tumbuh 10% hingga 12%.

Baca Juga: Mayora Indah (MYOR) Optimistis Kinerja Tumbuh 10% di Akhir 2024

Deputi Gubernur BI Juda Agung mengungkapkan bahwa pertumbuhan kredit yang terjadi saat ini masih ditopang oleh kredit-kredit pada modal.

Kredit pertambangan menjadi yang paling kencang pertumbuhannya pada periode ini.

Secara rinci, kredit di sektor pertambangan masih mampu tumbuh sekitar 26,7% dan dilanjutkan kredit ke sektor pengangkutan, telekomunikasi yang juga tumbuh hingga 16%. Juda pun melihat kredit di sektor-sektor tersebut tumbuh kencang karena insentif sebelumnya memang mengarah ke sektor padat modal.

Baca Juga: BI Ingatkan Pedagang Tak Boleh Tambahkan Biaya Jika Pembeli Pakai QRIS

Oleh karenanya, ia melihat saat ini diperlukan insentif untuk kredit-kredit padat karya yang saat ini hanya tumbuh satu digit. Ambil contoh, kredit ke sektor pertanian yang pada periode sama tumbuh 7,4%.

“(Kredit di sektor padat modal) ini semua sudah diberikan insentif sebelumnya. Sehingga kita sekarang ini memprioritaskan pada sektor-sektor yang padat karya,” ujar Juda, Rabu (16/10).

Adapun, BI pun masih optimistis hingga akhir tahun pertumbuhan kredit masih bisa mencapai target batas atas di 12%. Sementara, untuk tahun depan, pertumbuhan kredit bisa ada di kisaran 11% hingga 13%.

Tonton: Tren Bunga The Fed Bertahan, Masih Ada Peluang Cuan

EVP Consumer Loan BCA Welly Yandoko juga optimistis bahwa tren penyaluran kredit pada kuartal terakhir tiap tahun umumnya akan ada kenaikan. Meskipun, ada kemungkinan pertumbuhannya tidak signifikan jika dibandingkan dengan penyaluran kredit di kuartal III sebelumnya.

Ia menjelaskan salah satu penyebab yang mendorong kenaikan tersebut adalah perpanjangan program PPN DTP yang berlaku sampai dengan akhir tahun ini.

Tonton: Emas Tetap Jadi Magnet bagi Bank Sentral Global

Ditambah, ada harapan dari penurunan suku bunga acuan untuk menggerakkan sektor riil dan perekonomian, sehingga dapat mengembalikan daya beli masyarakat yang menurun. 

“Kedua kebijakan tersebut diharapkan akan mampu mendorong naiknya industri properti yang berujung juga ke bisnis KPR kami,” ujarnya.

Welly juga menambahkan hal lain yang biasanya menjadi pendorong peningkatan bisnis di kuartal akhir ini adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh pengembang maupun bank untuk mengejar pencapaian target yang diberikan oleh manajemen.

Baca Juga: BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI Tetap Baik Pada Kuartal III-2024

Sependapat, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan pun mengungkapkan pertumbuhan kredit hingga akhir tahun masih bisa mencapai 6,5% YoY. Setidaknya, pertumbuhan tersebut lebih baik dibandingkan kredit CIMB Niaga yang pada semester-I hanya tumbuh sekitar 5%.

Lani bilang, penopang utama kredit di CIMB Niaga ada pada kredit UKM dan ritel. Di mana, pertumbuhan kredit UKM CIMB Niaga masih bisa tumbuh hampir 10% dan kredit kendaraan bermotor sekitar 25%.

“Memang fokus kami di UKM dan ritel karena dari pertumbuhan mempertimbangkan dari sisi profitability,  kualitas aset yang lebih resilient di tengah situasi biaya dana tinggi seperti saat ini,” ujar Lani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×