Reporter: Roy Franedya | Editor: Johana K.
JAKARTA. Sejumlah perusahaan sekuritas mengaku kebanjiran order transaksi margin dari para investor di pasar modal. "Kenaikannya mulai terasa sejak semester II 2009, ada kenaikan 30% dari periode sebelumnya," ujar Eddy Siswanto, Direktur Utama BNI Securities, Selasa (26/1).
Menurut Eddy, bertambahnya jumlah saham yang diizinkan menjadi objek transaksi margin, menjadi salah satu pemicu membanjirnya permintaan transaksi margin.
Agar bisa mengunakan transaksi margin di BNI Securities, investor harus memiliki dana di rekening minimal Rp 200 juta. Eddy bilang, sekitar 4%-5% pendapatan perusahaannya berasal dari transaksi margin. Tahun lalu, pendapatan (unaudited) BNI Securities mencapai Rp 122 miliar.
Oh ya, transaksi margin adalah transaksi yang difasilitasi perusahaan sekuritas, jadi investor harus membuka rekening efek. Dalam transaksi margin, perusahaan sekuritas meminjamkan dana ke investor untuk bertransaksi saham. Yang namanya pinjaman, tentu akan terkena bunga.
Sejatinya, kenaikan transaksi margin bisa lebih besar. Ini jika bunga margin yang dipatok sekuritas tidak tinggi. Bunga margin di BNI Securities, misalnya, masih 16%-18%.
Eddy mengaku, belum turunnya bunga margin tersebut karena masih tingginya biaya dana alias cost of fund yang ditanggung perusahaan. Maklum, untuk membiayai transaksi margin, dua tahun lalu BNI Securities menerbitkan obligasi Rp 300 miliar. Obligasi itu jatuh tempo pada Juni 2011. "Setiap tahun kami harus menanggung bunga obligasi 12%," ujarnya.
Sementara, bunga margin di Panin Securities sekitar 18%. "Ke depan kami akan menyesuaikan tingkat bunga sesuai bunga pasar," ujar Sekretaris Perusahaan Panin Securities Prama Nugraha.
Saat ini, transaksi margin memberi kontribusi 15% dari total pendapatan Panin. Per September 2009 jumlah pendapatan Panin Sekuritas sebesar Rp 182,78 miliar. Adapun sumber dana transaksi margin berasal dari hasil penerbitan obligasi dan dari ekuitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News