Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan terus memacu fungsi intermediasi dengan menyalurkan pertumbuhan kredit 9,93% year on year (YoY) per Maret 2022. Pertumbuhan itu lebih cepat dibandingkan penempatan dana bank di surat berharga negara (SBN).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian keuangan, penempatan dana bank di SBN mencapai Rp 1.651,31 triliun per April 2023. Nilai itu hanya tumbuh 3,55% YoY dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.594,73 triliun.
Bank pun makin ekspansif salurkan kredit, tetapi tetap mengoptimalkan likuiditas yang ada dengan memarkir dana di SBN dan surat berharga lainnya. Namun, tetap mewaspadai risiko kenaikan suku bunga dan inflasi yang mendaki.
Baca Juga: Suku Bunga The Fed Naik Lagi, Kemenkeu Yakin Tidak Berdampak Signifikan ke SBN
PT Bank bjb mengakui penempatan dana bank bjb pada instrumen SBN mengalami penurunan, sejalan dengan penyaluran kredit bank bjb yang tumbuh dengan baik sepanjang triwulan I. Total pembelian SBN oleh bank bjb sampai dengan kuartal I/2023 adalah sebesar Rp 4,65 triliun.
Sementara pertumbuhan kredit bjb sampai dengan kuartal I/2023 secara konsolidasi tumbuh 10,8% yoy menjadi Rp 116,45 trilliun.
Ia pun melihat dengan trend yield SBN Pemerintah sampai dengan akhir tahun akan mulai mengalami penurunan, sementara proyeksi penempatan dana bank bjb pada SBN masih bersifat dinamis disesuaikan dengan kondisi likuiditas dan kondisi market terkini.
"Sehingga bank bjb dapat memanfaatkan momentum pergerakan harga SBN untuk mendapatkan return dan yield secara maksimal," ujar Direktur Utama Bank BJB, Yuddy Renaldi kepada kontan.co.id, Senin (8/5).
Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara (BTN) juga mengaku tetap konsisten dalam penyaluran kredit dan pada 2023 terdapat kenaikan target realisasi kredit.
Sebagai bank yang mengkhususkan diri dalam kredit perumahan, BTN berhasil sukses dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan senilai hampir Rp300 triliun selama kuartal pertama tahun ini. Jumlah ini tumbuh sebesar 8,16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp 277,13 triliun.
Baca Juga: Instrumen Investasi Berbasis Dolar AS Kembali Menarik Dilirik, Ini Alasannya
Maka dari itu, kata Ramon Armando sebagai Corporate Secretary BTN, penempatan dana Bank di SBN hingga kuartal I/2023 bisa dikategorikan konservatif karena hanya untuk memenuhi kebutuhan likuiditas secara hati-hati serta diupayakan mendapatkan imbal hasil maksimal.
"Jika melihat tren perekonomian global dan nasional, terutama perbaikan inflasi di Indonesia dan perekonomian AS, maka penempatan dana di SBN diproyeksikan akan tetap konservatif, karena Bank BTN juga memprioritaskan fungsi utamanya sebagai lembaga intermediasi dan sesuai dengan ketentuan RIM di kisaran 84%-94%," terang Ramon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News