kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.464   36,00   0,23%
  • IDX 7.742   6,84   0,09%
  • KOMPAS100 1.203   0,89   0,07%
  • LQ45 960   1,22   0,13%
  • ISSI 233   -0,20   -0,09%
  • IDX30 493   0,93   0,19%
  • IDXHIDIV20 592   1,55   0,26%
  • IDX80 137   0,16   0,11%
  • IDXV30 143   0,06   0,05%
  • IDXQ30 164   0,24   0,15%

Pertumbuhan Penyaluran Kredit Mulai Kalahkan Penempatan Dana Bank di SBN


Jumat, 15 Juli 2022 / 18:36 WIB
Pertumbuhan Penyaluran Kredit Mulai Kalahkan Penempatan Dana Bank di SBN
ILUSTRASI. Pertumbuhan dana bank di SBN akhirnya bisa dikalahkan oleh pertumbuhan permintaan kredit.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski permintaan kredit terus terakselerasi, penempatan dana perbankan di surat berharga negara (SBN) masih tumbuh di paruh pertama 2022. Bank masih memanfaatkan instrumen SBN sebagai pengelola likuiditas yang masih longgar. 

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan tumbuh 6,39% year on year (yoy) dari Rp 1.528,57 triliun menjadi Rp 1.626,21 triliun per 31 Mei 2022. Meski masih tumbuh, pertumbuhan dana bank di SBN akhirnya bisa dikalahkan oleh pertumbuhan permintaan kredit.

Data Bank Indonesia (BI) mencatatkan penyaluran kredit perbankan tumbuh 8,7% yoy menjadi Rp 5.999,0 triliun per Mei 2022. Artinya, bank kembali menjalankan fungsi intermediasi secara optimal di tengah pemulihan ekonomi. 

Kendati demikian, bank mulai memitigasi risiko kenaikan suku bunga dan inflasi global yang semakin tak terkendali. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk misalnya melakukan penempatan pada SBN dengan tetap memperhatikan kebutuhan likuiditas bank dan volatilitas pasar sebagai pertimbangan utama. 

Baca Juga: Potensi Fee Based Income Perbankan Jumbo dari Transaksi ATM Masih Besar

Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan strategi ini terutama dilakukan saat isu kenaikan suku bunga dan tekanan inflasi global. Ia menyebut pembelian SBN salah satunya dilakukan juga sebagai strategi reprofiling aset SBN yang jatuh tempo setelah teralokasi untuk pertumbuhan penyaluran kredit.

“SBN dan surat berharga lainnya merupakan salah satu alternatif instrumen investasi dalam optimalisasi ekses likuiditas perbankan dengan tujuan optimalisasi tingkat imbal hasil aset BRI. Sejak awal tahun hingga akhir Juni 2022, BRI telah melakukan pembelian SBN dengan total sebesar Rp 38 triliun untuk posisi bank,” ujar Aestika kepada Kontan.co.id, Jumat (15/7).

Sejalan dengan itu, BRI masih optimistis kredit mampu tumbuh di kisaran 9% hingga 11% yoy di 2022. BRI masih akan tetap fokus ke sektor UMKM khususnya usaha ultra mikro. 

Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap) mencatat total surat berharga dan SBN yg dimiliki meningkat 82% yoy menjadi Rp 6 triliun hingga Mei 2022. 

Direktur Utama Bank Mantap Elmamber P. Sinaga menyatakan kenaikan ini sebagai optimalisasi atas likuiditas yang belum tersalurkan ke kredit. 

“juga disebabkan atas kewajiban atas pemenuhan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 6% dari DPK. DPK Bank Mandiri Taspen mengalami peningkatan sebesar 19% secara YoY,” jelasnya kepada Kontan.co.id pada Jumat (15/7). 

Secara strategi penempatan pada surat berharga maupun SBN masih wait and see atas perkembangan kebijakan Bank Sentral ke depan. Sebab, ada indikasi akan adanya peningkatan rasio GWM ke depannya. 

“Hal tersebut mendorong kami untuk mengoptimalkan penempatan excess likuiditas pada aset likuid jangka pendek. Pembelian Surat berharga/SBN ke depan akan terus memperhatikan perkembangan suku bunga kedepan serta kebijakan moneter ke depan,” paparnya. 

Baca Juga: Kondisi Tak Menentu, Nasabah Tajir Geser Penempatan Dana ke Instrumen Jangka Pendek

Guna mengimbangi, Bank Mantap terus mengoptimalkan penyaluran kredit, khususnya di segmen pensiunan. Sampai dengan bulan Mei-22 Kredit Bank Mandiri Taspen tumbuh sebesar 16% secara yoy. 

“Ke depannya, kami juga sedang mengembangkan sales activity monitoring yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pencairan kredit yang tetap diimbangin dengan prinsip kehati-hatian sehingga dapat mengoptimalkan pengelolaan aset di Bank Mandiri Taspen,” tambahnya. 

Adapun Direktur Bank Central Asia (BCA) Vera Eve Lim menyatakan dana bank yang ditempatkan dalam surat berharga mencapai Rp 222,3 triliun per Mei 2022.  Ia menyebut penempatan dana pada instrumen surat berharga sebagai bagian dari strategi pengelolaan likuiditas perusahaan. 

Juga mendukung perekonomian nasional di tengah tantangan terkini. Hal ini juga untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×