kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.866.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.554   -1,00   -0,01%
  • IDX 7.071   91,48   1,31%
  • KOMPAS100 1.026   14,01   1,38%
  • LQ45 800   12,44   1,58%
  • ISSI 222   2,11   0,96%
  • IDX30 416   7,44   1,82%
  • IDXHIDIV20 492   9,28   1,92%
  • IDX80 116   1,54   1,35%
  • IDXV30 118   1,12   0,96%
  • IDXQ30 136   2,29   1,72%

Perusahaan Switching Optimalkan Pendapatan dari Penyediaan Infrastruktur BI-Fast


Rabu, 27 Juli 2022 / 22:43 WIB
Perusahaan Switching Optimalkan Pendapatan dari Penyediaan Infrastruktur BI-Fast
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Artajasa Pembayaran Elektronis M. Ma'ruf (kiri) bersama Direktur Bisnis Heru Perwito (kanan) layanan Bersama Interface Processor (BIP) sebagai solusi infrastruktur yang disediakan bagi ccalon peserta BI-FAST


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kehadiran sistem BI-Fast Payment menekan kinerja perusahaan switching. Maklum, sebelum layanan teranyar dari Bank Indonesia (BI) ini, transfer antar bank dipatok Rp 6.500 dan perusahaan switching bisa menikmati bagiannya.

Namun, dengan kehadiran BI Fast, bank yang memiliki kapasitas modal dan infrastruktur yang memadai bisa langsung mengakses layanan ini ke BI. Sehingga nasabah dikenakan tarif Rp 2.500. Dimana, bank akan menyetor Rp 19 per transaksi untuk BI, sisanya bisa dikantongi sebagai pendapatan berbasis komisi bagi bank.

Agar bisnis perusahaan switching tetap relevan, BI memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk menyediakan infrastruktur BI Fast bagi perbankan. Maklum, ongkos menyediakan infrastruktur yang sesuai dengan standar bank sentral cukup berat bagi bank kecil.

Baca Juga: Genjot Bisnis, Artajasa Beri Fasilitasi Infrastruktur BI Fast Kepada 22 Bank

PT Artajasa Pembayaran Elektronis yang menjadi pengelola ATM Bersama misalnya memanfaatkan kesempatan ini dengan menawarkan Bersama Interface Processor (BIP) sebagai solusi infrastruktur calon peserta agar bisa terhubung dengan BI-Fast.

Direktur Bisnis Artajasa Heru Perwito menyatakan tidak mengutip biaya langganan bagi bank yang menggunakan infrastruktur ini. Namun, Artajasa akan mendapatkan pendapatan dari setiap transaksi yang terjadi.

Tiap transaksi nasabah membayar Rp 2.500, dari itu maka Rp 19 itu untuk BI, lalu kami (Artajasa) menarik lagi (biaya) kepada bank tergantung kemampuan bank itu sendiri,” ujarnya di Jakarta pada Rabu (27/7).

Sepanjang 2022, Artajasa menargetkan agar BIP bisa digunakan oleh 40 calon pengguna BI-Fast. Adapun hingga saat ini terdapat 22  institusi perbankan menggunakan BIP.

Sebanyak lima Bank yang terdiri dari Bank Papua, Bank Artha Graha, Bank DKI, Bank DKI Syariah, dan Bank Bumi Arta telah live ber-operasional. 

Lalu empat Bank dalam tahap integrasi yaitu, Bank Kalsel, Bank Kalsel Syariah, Bank Capital dan Bank Muamalat. Serta 13 (tiga belas) institusi perbankan lainnya yang masih menunggu proses administrasi perizinan Bank Indonesia.

Heru menyatakan peningkatan bisnis Artajasa cukup berat pada paruh pertama 2022. Bila pada 2021, bisnis perusahaan switching ini bisa naik lebih dari 10%.

“Di 2022 ini peningkatannya masih kecil sekitar 1% hingga 2%. Ada kemungkinan nya memang banyak dampak covid-19 maupun transisi masyarakat yang semakin menggunakan BI-Fast. Ini bisnis dan peluang baru yang harus kita tangkap,” paparnya.

Dengan menyediakan BIP, Heru berharap bisa mengurangi penurunan transaksi. Ia mencermati, telah terjadi pergeseran penggunaan transfer online payment menjadi BI-Fast. Semakin banyak bank menggunakan BIP maka transaksi Artajasa juga akan ikut meningkat.

Baca Juga: Penurunan Biaya Transaksi BI Fast Akan Semakin Berdampak Terhadap Pendapatan Bank

Memang, sejak diimplementasikan pada akhir 2021 lalu hingga Juni 2022, transaksi BI-FAST telah mencapai 127,8 juta transaksi dan akan terus meningkat seiring dengan kemudahan akses layanan BI- Fast oleh masyarakat.

Selain itu, Artajasa juga melihat peluang bagi perusahaan switching untuk menggarap peluang transaksi lintas negara. Oleh sebab itu, Artajasa tengah membuka koneksi lintas negara dan membuka jaringannya di Malaysia dan Thailand.

“Harapanya, bila Covid-19 sudah mereda dan perbatasan negara dibuka, harapannya transaksi lintas negara ini bisa membantu transaksi masuk dan keluar negeri. Harapannya, dengan QRIS cross border ini, switching bisa menggarapnya sesuai arahan BI, sehingga tidak akan terpengaruh oleh kehadiran BI-Fast,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×