kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pesatnya pertumbuhan fintech di mata otoritas keuangan Asia


Minggu, 14 Oktober 2018 / 09:46 WIB
Pesatnya pertumbuhan fintech di mata otoritas keuangan Asia
ILUSTRASI. IMF - WBG : SESI FOTO BERSAMA GUBERNUR BANK SENTRAL


Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para petinggi lembaga keuangan Asia yang berkumpul di Bali pekan ini melihat, teknologi keuangan menjadi salah satu jawaban untuk mewujudkan pemanfaatan teknologi keuangan secara merata di seluruh lapisan masyarakat. Bank sentral dan otoritas keuangan sepakat harus merespons lebih baik tantangan financial technology (fintech) yang menyebar dengan pesat. 

Teknologi baru seperti mobile banking, big data, dan jaringan transfer peer-to-peer telah memperluas jangkauan layanan keuangan kepada orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki rekening bank atau tidak terjangkau bank, sehingga meningkatkan pendapatan dan standar hidup. 

Namun, fintech juga membawa risiko penipuan siber, keamanan data, dan pembobolan privasi, bahkan lintas negara. Disintermediasi layanan fintech atau konsentrasi layanan di antara beberapa penyedia juga dapat menimbulkan risiko terhadap stabilitas keuangan.

Takehiko Nakao, Presiden Asian Development Bank mengakui, teknologi keuangan baru yang menyebar dengan begitu cepat adalah teknologi yang sangat menjanjikan untuk inklusi keuangan. Dia pun sepakat, perlu mendorong lingkungan yang memungkinkan teknologi finansial berkembang.

Namun, dia melihat, perlunya memperkuat kerja sama kawasan guna membangun standar peraturan dan sistem pengawasan yang harmonis demi mencegah pencucian uang internasional, pendanaan teroris, dan kejahatan siber.

Melihat pesatnya fintech di Asia Timur, Junhong Chang, Direktur ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) menilai, para pembuat kebijakan perlu memahami dan mengelola dampak teknologi di dalam sistem keuangan kita demi mempertahankan stabilitas keuangan.

Bagi Indonesia, teknologi finansial merupakan media yang dinantikan oleh Indonesia, yang terdiri dari ribuan pulau. Banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa tersentuh oleh lembaga keuangan. 

"Lebih dari 50 juta UMKM yang tak sabar menanti untuk terlibat dalam e-commerce; masyarakat baru yang didorong oleh kelompok kelas menengah yang dinamis dan demokratis, yang memandang ekonomi digital sebagai sesuatu yang tak terhindarkan, seperti layaknya evolusi,” kata Mirza Adityaswara, Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia dalam pertemuan IMF-Bank Dunia, pertengahan pekan ini, seperti dikutip dari rilis resmi BI.

Meskipun Asia mengalami pertumbuhan perekonomian yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir, sektor keuangan masih tertinggal di sejumlah negara. Kurang dari 27% orang dewasa di kawasan Asia yang sedang berkembang sudah memiliki rekening bank, jauh di bawah median global sebesar 38%. 

Sementara itu, hanya 84% dari perusahaan di kawasan ini sudah memiliki rekening giro atau tabungan, setara dengan Afrika tetapi ketinggalan dari Amerika Latin yang mencapai 89% dan 92% di emerging Europe (kawasan Eropa Tengah dan Timur).

Inklusi keuangan dapat ditingkatkan melalui kebijakan yang mendorong inovasi keuangan, dengan meningkatkan literasi keuangan, serta dengan memperluas dan meningkatkan infrastruktur dan jaringan digital. Peraturan untuk mencegah kegiatan ilegal, meningkatkan keamanan siber, dan melindungi hak dan privasi konsumen, juga akan membangun keyakinan terhadap teknologi keuangan yang baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×