Reporter: Tim KONTAN | Editor: Indah Sulistyorini
KONTAN.CO.ID - Entitas bisnis saat ini semakin menyadari pentingnya menurunkan emisi karbon dalam operasional usaha. Begitu pula halnya dengan Bank Mandiri. Bank berkode saham BMRI ini menjadi bank pertama di Indonesia yang meluncurkan Digital Carbon Tracking sebagai bagian dari pengelolaan dampak lingkungan serta wujud komitmen Bank Mandiri dalam mendukung pemerintah mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060.
Peluncuran Digital Carbon Tracking ini menjadi salah satu bukti nyata inovasi Bank Mandiri dalam penerapan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG). Inisiatif yang diluncurkan dalam acara Mandiri ESG Festival 2023 tersebut dapat diakses melalui website esg.bankmandiri.co.id.
Nantinya, seluruh stakeholder dapat memantau jejak karbon yang dihasilkan maupun emisi yang berhasil dikurangi dari operasional Bank Mandiri pusat hingga ke level kantor regional pada tahap I dan cabang pada tahap II. Adapun perhitungan jejak karbon operasional bank berpelat merah tersebut terbagi dalam tiga cakupan emisi, yaitu Fuel (BBM, solar genset, pendingin), Electricity (listrik) dan Bizz Travel (perjalanan dinas, logistik, penggunaan kertas, dll).
“Inisiatif ini menjadikan Bank Mandiri sebagai bank pertama di Indonesia dengan penerapan Digital Carbon Tracking. Dari jejak karbon secara digital ini kami memperkuat komitmen untuk terus berupaya menurunkan emisi sudah dilakukan sejak tahun 2019”, ujar Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam acara Mandiri ESG Festival di Jakarta (12/7).
Darmawan menuturkan, pada tahun 2020 Bank Mandiri berhasil menurunkan emisi sebesar 42.611 tCO2e, kemudian pada tahun 2021 sebesar 55.296 tCO2e, dan pada tahun 2022 sebesar 63.732 tCO2e. Sementara untuk tahun 2023, penurunan emisi hingga tanggal 12 Juli sudah mencapai 292.592 tCO2e.
“Melihat penurunan angka emisi ini, kami optimis Bank Mandiri bisa mencapai NZE Operation pada 2030,” harap Darmawan.
Sebagai market leader carbon tracking, Bank Mandiri mencatat emisi karbon operasional dengan total intensitas emisi mencapai 7.92 tCO2 per pegawai di tahun 2022. Pencatatan emisi yang telah sesuai dengan Green Gas House (GHG) Protocol ini mengumpulkan data jejak karbon dari penggunaan BBM, genset, listrik di 2.348 cabang dan lebih dari 38 ribu perjalanan dinas Mandirian (pegawai Bank Mandiri). Emisi karbon operasional tersebut turun 14% dibandingkan dengan baseline tahun 2019.
“Perhitungan emisi karbon yang sudah kami lakukan mengadopsi ISO 14064-1,2,3 dan GHG Protocol Standard,” ungkap Darmawan.
Penerapan carbon tracking ini merupakan bagian penting dari pengelolaan emisi dalam kegiatan operasional perusahaan serta penerapan prinsip “ESG Integration – Financial” dalam ESG, yakni pengelolaan potensi risiko dalam pengelolaan aset perusahaan. Ini merupakan bagian dari inisiatif tata kelola perusahaan di bidang operasional.
Pencapaian Bank Mandiri menurunkan emisi juga tercermin dari penurunan konsumsi BBM sebesar 21%, menghemat 46% konsumsi kertas atau setara dengan menyelamatkan 23 ribu pohon, mengatasi krisis air bersih dengan meningkatkan 15% konsumsi air daur ulang, hingga carbon insetting melalui restorasi lahan.
Pada aspek green operation, Bank Mandiri telah menginstalasi 556 panel surya, memperoleh sertifikasi Green Building Council Indonesia (GBCI) untuk satu gedung, memiliki 3 EV charging station dan 122 electric & hybrid vehicle, serta menggunakan 100% lampu LED pada 241 smart branch.
“Bank Mandiri mengajak seluruh pihak, mulai seluruh pegawai maupun nasabah Bank Mandiri di seluruh Indonesia untuk sama-sama menjaga masa depan bumi yang kita tinggali ini dengan berkontribusi menuju operasional rendah karbon dan mengintegrasikannya dengan aspek Environmental, Social and Governance (ESG) ke dalam seluruh aktivitas bisnis Bank,” tutup Darmawan.
#MandiriESG #MandiriESGFestival #mandiriNZEoperational2030.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News