Reporter: Handiman | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Permodalan Nasional Madani (PNM) geregetan lantaran kredit ketahanan pangan yang dikucurkan masih jauh dari harapan. Padahal, nilai total kredit yang kabarnya bakal disalurkan berkisar Rp 50 miliar hingga Rp 100 miliar. Tak ayal, perusahaan pelat merah ini mendesak badan usaha milik negara (BUMN) yang menjadi mitra PNM dalam program ini segera merealisasikan komitmennya.
Ada empat BUMN yang terkait kerjasama program ketahanan pangan dengan PNM. Mereka adalah Sang Hyang Seri, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV, PTPN VIII dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Hingga saat ini, "BUMN yang sudah merealisasikan janjinya baru Jamsostek. Itu pun baru sebagian," kata Direktur Keuangan PT PNM, Widyaka Nusapati kepada KONTAN, hari ini.
Asal tahu saja, PNM dan Jamsostek merintis penyaluran kredit untuk pengembangan jagung dan singkong di Sulawesi serta jagung dan padi di Lampung. Khusus di Sulawesi, Jamsostek semestinya mengucurkan kredit lewat PNM sekitar Rp 30 miliar. Di tempat lain, kondisinya lebih parah karena belum ada satu pun proyek yang jalan. Proyek yang mandek itu adalah pengembangan sawah ribuan hektare di Jawa Tengah dan Jawa Timur bekerjasama dengan sang Hyang Seri. Demikian pula halnya dengan pengembangan proyek singkong yang bekerjasama dengan PTPN XIV di Sulawesi dan PTPN VIII di Jawa Barat. Nilai kredit antara PNM dan PTPN XIV serta PTPN VII masing-masing Rp 20 miliar dan Rp 1 miliar.
Mandeknya proyek ini tentu membuat PNM gusar. Itu lantaran program ketahanan sudah dirancang sejak dua tahun lalu. Apalagi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir Januari 2008 lalu menginstruksikan bawahannya agar memanfaatkan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN untuk ketahanan pangan senilai Rp 800 miliar yang diambil dari keuntungan yang didapat pada tahun 2007. Tujuannya tak lain untuk meringankan beban petani pada tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News