kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Potensi besar, bank syariah mulai bidik sektor ketenagalistrikan


Minggu, 09 September 2018 / 15:17 WIB
Potensi besar, bank syariah mulai bidik sektor ketenagalistrikan
ILUSTRASI. Keuangan syariah


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan syariah mulai menyasar sektor ketenagalistrikan sebagai salah satu pendongkrak pembiayaan.

Hal tersebut diwujudkan setelah sejumlah bank syariah dilibatkan dalam penyaluran pembiayaan sindikasi syariah dengan nilai total Rp 4 triliun untuk PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Pembiayaan sindikasi syariah ini merupakan bagian dari pembiayaan sindikasi senilai Rp 14 triliun dengan partisipasi dari 13 lembaga keuangan dan konvensional dan syariah.

Salah satu bank yang dilibatkan antara lain PT Bank BNI Syariah. Menurut Direktur Bisnis BNI Syariah Dhias Widhiyati, pembiayaan ke sektor ketenagalistrikan memang belum menjadi fokus atau bahkan salah satu sektor andalan perseroan.

Namun Dhias beranggapan, bila ke depan potensi penyaluran pembiayaan ke sektor ini terbuka, maka tidak menutup kemungkinan pihaknya akan terus membiayai sektor ketenagalistrikan.

"Sangat dimungkinkan (BNI Syariah) masuk ke sektor ketenagalistrikan, case by case melihat feasibility proyek yang akan dibiayai," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (9/9). 

Asal tahu saja, dalam pembiayaan sindikasi PLN yang dilangsungkan pada Agustus 2018 lalu, BNI Syariah menyumbang pembiayaan sebesar Rp 500 miliar.

Sejauh ini, total eksposur pembiayaan anak usaha PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) ke sektor ketenagalistrikan masih terbilang kecil, yaitu di bawah 3% dari total pembiayaan.

Namun, Dhias optimistis porsi tersebut dapat meningkat seiring dengan peningkatan potensi pada sektor tersebut. Tak hanya BNI Syariah, PT Bank BCA Syariah juga turut ikut dalam melakukan pembiayaan proyek PLN tersebut.

Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih menuturkan, proyek tersebut merupakan langkah awal bagi perseroan untuk lebih menggali potensi pembiayaan di berbagai sektor. Terutama pada proyek-proyek infrastruktur seperti jalan raya/tol dan pembangkit tenaga listrik.

John menjelaskan, pembiayaan infrastruktur memang telah menjadi salah satu target penyaluran pembiayaan BCA Syariah di 2018.

Pada proyek PLN, BCA Syariah berkomitmen untuk menyalurkan pembiayaan senilai Rp 200 miliar. "Kami sudah mengalokasikan Rp 200 miliar untuk pembiayaan tersebut, namun baru cair Rp 100 miliar," tuturnya.

Selain itu, total eksposur pembiayaan perseroan ke sektor ketenagalistrikan masih di bawah 5%. Hal ini menjadikan sektor ini masih memiliki potensi besar untuk digarap oleh perseroan.

John menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi perbankan dalam masuk ke sektor pembiayaan termasuk ketenagalistrikan saat ini. Antara lain terkait pengaruh risiko nilai tukar akibat penguatan mata uang dollar Amerika Serikat (AS).

"Perlu diperhatikan dari pembiayaan ke sektor tersebut, karena ada yang terpengaruh risiko nilai tukar. Saya kira beberapa proyek baru tetap akan digarap tapi akan dihitung ulang terkait dengan asumsi nilai tukar yang baru," ujar John.

Berbeda dengan kedua bank tersebut, PT Bank BRI Syariah Tbk sudah lebih dulu masuk ke sektor ketenagalistrikan. Sekretaris Perusahaan BRI Syariah Indri Tri Handayani menuturkan, saat ini total eksposur pembiayaan BRI Syariah ke sektor tersebut sudah mencapai 15% dari total pembiayaan segmen komersial perseroan.

"BRI Selama ini sudah masuk ke kontraktor-kontraktor kelistrikan dengan portofolio 15% dari total pembiayaan segmen komersial," tuturnya.

BRI Syariah mengungkapkan, pihaknya juga ikut dilibatkan dalam pembiayaan secara langsung ke PLN. Pembiayaan proyek semacam ini memang menjadi favorit bagi pihak perbankan lantaran risikonya sangat rendah karena dijamin oleh pemerintah.

Bank bersandi emiten bursa BRIS ini menyebut telah mendapatkan jatah sebesar Rp 1 triliun dalam pembiayaan tersebut. Namun, sampai sejauh ini hal tersebut masih dalam proses pengkajian ulang dari pihak perbankan dan PLN. Hal tersebut dilakukan pasca mata uang rupiah mengalami tekanan beberapa waktu lalu.

"Dengan adanya gejolak kurs dan adanya rencana penundaan beberapa proyek, kami masih menunggu perkembangan lebih lanjut tentang proyek yang ditunda," katanya.

Bukan hanya bank umum syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) juga turut ikut masuk ke sektor ketenagalistrikan. Antara lain UUS PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga Syariah).

Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji. P. Djajanegara dalam pemberitaan yang dimuat Kontan.co.id (20/8) lalu mengungkapkan, sektor ketenagalistrikan menyumbang 18% dari total pembiayaan CIMB Niaga Syariah. Hal ini salah satunya juga didorong oleh pembiayaan sindikasi syariah PLN. Dalam proyek ini, CIMB Niaga Syariah mendapatkan porsi pembiayaan sebesar Rp 1 triliun.

Sebagai gambaran informasi, merujuk pada Statistik Perbankan Syariah (SPS) per Juni 2018 yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total pembiayaan BUS ke sektor listrik, gas dan air baru mencapai Rp 7,13 triliun.

Jumlah tersebut terbilang stagnan dibandingkan dengan periode setahun sebelumnya atau hanya naik 0,97%. Berbeda dengan BUS, total penyaluran pembiayaan ke sektor listrik, gas dan air justru naik pesat menjadi Rp 6,44 triliun per Juni 2018 atau tumbuh 14 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 409 miliar dengan NPF 0%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×