kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.846.000   69.000   3,88%
  • USD/IDR 16.784   86,00   0,51%
  • IDX 6.253   284,76   4,77%
  • KOMPAS100 895   51,16   6,06%
  • LQ45 709   39,62   5,92%
  • ISSI 193   7,70   4,15%
  • IDX30 374   21,13   5,99%
  • IDXHIDIV20 454   22,14   5,13%
  • IDX80 102   5,85   6,11%
  • IDXV30 107   5,16   5,08%
  • IDXQ30 124   5,97   5,07%

Ramalan ekonom, BI rate tetap di level 7,5%


Kamis, 13 Maret 2014 / 11:34 WIB
Ramalan ekonom, BI rate tetap di level 7,5%
ILUSTRASI. Under The Queen's Umbrella, drakor terbaru Netflix yang langsung masuk dalam jajaran top series Netflix setelah tayang dengan empat episode-nya.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Hari ini (13/3), Bank Indonesia menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan dan juga yang mencakup tiga-bulanan. Dalam rapat ini, RDG melakukan evaluasi atas kebijakan moneter serta menetapkan arah kebijakan moneter ke depan.

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Destry Damayanti memperkirakan, bank sentral akan menahan tingkat suku bunga acuan atau BI rate di level 7,5%. Destry menilai, belakangan kondisi pasar terlihat membaik, nilai tukar mata uang rupiah menguat.

Namun, masih ada faktor resiko yang harus dicermati, yaitu keseimbangan neraca perdagangan yang didasari pada penurunan ekspor.

Karena itu, menurutnya BI akan menahan tingkat suku bunga acuan di level 7,5%. "Tekanan inflasi kedepan seiring dengan defisit APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) yang kemungkinan meningkat, suku bunga global yang cenderung meningkat dan ketidakpastian menjelang Pemilu mendatang. Ada baiknya BI tetap mempertahankan kebijakan prudent-nya dan tidak boleh lengah dengan kondisi saat ini.

Senada, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM) Anthonius Tony Prasetiantono juga memperkirakan Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 7,5% sampai bulan depan.

"Sebaiknya Bank Indonesia berhati-hati untuk tidak segera menurunkan BI Rate. Ditahan dahulu sampai sebulan ke depan," kata Tony.

Sebelum mengubah policy rate, menurut Tony, bank sentral sebaiknya mencermati ekspektasi rupiah dan tren penurunan inflasi terlebih dahulu, yang pada Februari 2014 tercatat sebesar 0,26% secara bulanan atau month-on-month (mom).

"BI rate jangan diturunkan dahulu. Perlu observasi dahulu. Apakah penguatan rupiah dan tren penurunan inflasi bersifat sementara atau masih bisa bergejolak," jelas Tony.

Lebih lanjut Tony menjelaskan, dalam kurun sebulan ke depan, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan laju inflasi akan lebih mudah untuk diperkirakan. "Gambaran yang lebih jelas akan terlihat. Meski saya sebenarnya juga menduga tren rupiah menguat dan inflasi menurun masih bisa berlanjut," ujarnya.

Catatan saja, bank sentral telah menaikkan tingkat suku bunga acuan atau BI rate sebesar 175 basis poin, dari 5,75% menjadi 7,5% sejak pertengahan 2013 sampai dengan akhir 2013 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×